JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat kinerja keuangan yang sangat mengesankan pada kuartal II 2024. Pada bulan Juni 2024, laba bersih BSI mencapai Rp 3,4 triliun, tumbuh 20,28 persen secara tahunan, membuat perusahaan mencatat pertumbuhan tertinggi di antara Top 10 bank di Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan bahwa perusahaan berhasil mempertahankan kinerja keuangan dan bisnis yang sehat dan berkualitas sepanjang kuartal II tahun 2024, meskipun kondisi makroekonomi yang cukup menantang ditandai dengan kenaikan suku bunga acuan seperti BI Rate yang naik ke level 6,25 persen di awal kuartal II 2024 untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Hery menyampaikan bahwa pertumbuhan BSI dalam berbagai indikator kunci, seperti aset, DPK, laba bersih, dan rasio CASA, adalah yang tertinggi di industri perbankan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa BSI sebagai bank syariah mampu bersaing dan unggul di tengah persaingan industri yang semakin kompetitif. Pertumbuhan yang konsisten dalam berbagai aspek juga mencerminkan soliditas kinerja BSI yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Hery mengungkapkan bahwa di tengah likuiditas yang ketat akibat kenaikan suku bunga acuan, BSI masih mampu meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi Rp 296,70 triliun, naik 17,50 persen. Kinerja Tabungan juga naik 16,09 persen menjadi Rp 128,78 triliun, di mana sekitar 39 persen merupakan tabungan Wadiah yang tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga tingkat cost of fund.
Likuiditas BSI juga tumbuh seiring dengan peningkatan jumlah nasabah yang mencapai 20,46 juta pada bulan Juni 2024. Likuiditas yang solid mendukung kinerja pembiayaan BSI yang tumbuh di atas rata-rata industri perbankan nasional dengan kualitas yang terjaga. Pada bulan Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp 257,39 triliun, tumbuh 15,99 persen secara tahunan dengan NPF yang menurun ke level 1,99 persen (gross) dari 2,31 persen pada Juni 2023.
Kinerja pembiayaan BSI didorong oleh pembiayaan segmen ritel, konsumer, dan UMKM yang mencapai Rp 184,61 triliun. Sedangkan segmen wholesale mengkomposisi 28,27 persen dengan outstanding Rp 72,77 triliun.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa segmen ritel, konsumer, dan UMKM memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pembiayaan BSI, termasuk di produk gadai dan cicil emas. Pembiayaan emas BSI pada bulan Juni 2024 mencapai Rp 8,97 triliun, tumbuh 41,27 persen dengan NPF 0,07 persen.
Sumber: Republika