BANDA ACEH – Indonesia sedang menghadapi tantangan serius dalam sektor pertanian, khususnya dalam produksi beras.
Deputi III KSP Bidang Perekonomian, Edi Priyono menjelaskan, berdasarkan data dari 2018 hingga 2023, luas panen padi terus mengalami penurunan sebesar rata-rata 0,2 juta hektar per tahun.
Hal ini diikuti dengan penurunan produksi beras yang mencapai 1 juta ton per tahun.
Penjelasan ini disampaikan Edi saat menjadi pembicara dalam seminar nasional bertajuk evaluasi 1 dekade pemerintahan Jokowi yang diselenggarakan Indef di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Kamis (3/10).
“Sampai saat ini hitung-hitungan besarnya kita masih surplus tapi surplus ini makin lama semakin berkurang. Kalau tidak segera ditangani kita mungkin akan segera masuk ke era defisit beras,” kata Edi.
Edi melanjutkan, Kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 30 juta ton per tahun. Sementara produksi saat ini hanya sedikit di atas angka tersebut, yaitu sekitar 31 juta ton.
“Kita masih salah satu produsen beras terbesar di dunia, tapi kebutuhan kita juga sangat besar. Jika tidak segera ditangani, kita mungkin akan masuk ke era defisit,” ujarnya.
Edi juga mengomentari visi presiden terpilih Prabowo Subianto, yang ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Menyadari persoalan ini, dia mendesak penurunan produksi padi ini harus segera diatasi.
Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk mengatasi penurunan luas lahan dan meningkatkan produktivitas pertanian guna memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Situasi ini semakin mendesak di tengah perubahan iklim, keterbatasan lahan, serta berbagai tantangan lain yang dihadapi sektor pertanian Indonesia.
Masyarakat berharap agar kebijakan yang lebih konkret dan berkelanjutan segera diimplementasikan demi menghindari krisis pangan di masa depan.