Cahaya Biru Muncul dari Limbah Tidak Terpakai di Pusat Makanan Cimanuk

by -153 Views

Produksi sampah tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Sampah dianggap sebagai beban bagi manusia maupun lingkungan. Namun, dengan memilah dan mengolahnya, sampah dapat memiliki nilai ekonomis, termasuk menjadi sumber energi terbarukan. Hal ini terlihat di Taman Tjimanoek Indramayu.

Pukul 08.00 WIB, Suranto (55 tahun) sudah sibuk di kios baksonya yang berada di Pusat Kuliner Cimanuk, Taman Tjimanoek Indramayu, Sabtu (28/10/2023). Dia menggunakan pemantik api hijau untuk menyalakan kompor gas tungku satu. Dalam sekejap, terlihat api berwarna biru jernih keluar dari kompor tersebut.

Suranto kemudian memindahkan panci besar yang berisi kuah bakso untuk dihangatkan di atas kompor. Di kompor tersebut terpasang selang pipa berwarna kuning tua yang menghubungkannya dengan gas dari reaktor biodigester.

Sejak September 2023, Suranto menggunakan gas dari biodigester. Alat pengolah sampah sisa makanan atau material lanjutan organik (MLO) menjadi gas metana tersebut terpasang di Pusat Kuliner Cimanuk pada bulan yang sama. Jaraknya hanya sejauh lemparan batu dari deretan kios pedagang.

Untuk mendapatkan gas tersebut, Suranto hanya perlu mengumpulkan sampah organik sisa makanan dari kiosnya, seperti sisa sayuran, mie, dan kuah bakso. Sampah organik tersebut dipilah dari keseluruhan sampah yang dihasilkan di warungnya. Dia mengumpulkan sekitar sepuluh kilogram sampah organik setiap hari.

Sampah organik tersebut kemudian diambil oleh petugas operator biodigester dan dikumpulkan di dalam drum penampungan. Sampah organik dari kios milik Suranto, dan kios-kios lainnya di Pusat Kuliner Cimanuk, kemudian dimasukkan ke dalam bioreaktor.

Di dalam bioreaktor, terdapat bakteri pengurai yang akan menguraikan sampah organik tersebut. Hasil penguraian bakteri tersebut menghasilkan gas metana yang ditampung oleh balon gas yang berada di atas bioreaktor.

Gas metana yang terkumpul kemudian disedot melalui sistem suplai RMC. Gas tersebut dialirkan melalui jaringan pipa ke kompor milik para pedagang yang ada di Pusat Kuliner Cimanuk.

Para pedagang tidak perlu membayar apa pun untuk menggunakan gas tersebut. Mereka dapat menikmati nyala api berwarna biru di kompor mereka setiap hari secara gratis.

Suranto merasa sangat terbantu dengan adanya biodigester di Pusat Kuliner Cimanuk. Dia dapat menghemat uang untuk membeli gas elpiji. Sebelumnya, Suranto membutuhkan satu tabung gas elpiji berukuran tiga kilogram selama tiga hari berjualan bakso di warungnya. Namun setelah adanya biodigester, satu tabung gas elpiji tersebut baru habis setelah lima hingga enam hari.

Selain itu, dengan adanya biodigester, masalah sampah sisa penjualan bakso Suranto juga teratasi. Sebelumnya, dia harus membuang sampah itu ke tempat penampungan sampah yang cukup jauh. Sekarang, dia hanya perlu mengumpulkan sampah di warungnya untuk kemudian diambil oleh operator biodigester atau langsung dibuang ke dalam drum penampungan biodigester. Dengan demikian, sampah cepat terbuang dan warung menjadi lebih bersih tanpa tumpukan sampah.

Suranto juga menyadari bahwa sampah yang dihasilkannya selama ini ternyata dapat memberikan manfaat jika dipilah dan diolah. Saat ini, dia hanya membuang sampah plastik ke tempat pembuangan sampah.

Dengan adanya biodigester, Suranto dapat menghemat pengeluaran untuk pembelian gas elpiji dan mengatasi masalah sampah di warungnya.