Boikot Terhadap Unilever Pro-Israel, Pepsodent, Sunsilk, Royco, dan Bango

by -149 Views

Jakarta — Genosida di Gaza oleh Israel tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir dan jumlah korban meninggal Palestina terus meningkat. Seruan untuk memboikot produk Israel kini kembali muncul ke permukaan, termasuk Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) yang dipimpin oleh Palestina. BDS menerapkan prinsip bahwa warga Palestina memiliki hak yang sama seperti manusia lainnya. BDS mengajak untuk memboikot perusahaan Israel dan internasional yang terlibat dalam pelanggaran hak-hak Palestina. Salah satunya adalah perusahaan multinasional yang menyediakan produk rumah tangga, makanan, dan minuman, seperti Unilever.

Unilever masuk dalam daftar untuk boikot yang tersebar di berbagai platform media sosial, termasuk di Indonesia. Masyarakat yang gencar mengampanyekan aksi boikot terhadap produk Unilever karena dianggap cenderung mendukung Israel dan tak langsung turut berpartisipasi dalam serangan di Gaza selama ini. Dampak dari aksi boikot BDS membuat harga saham Unilever sempat turun menjadi 46,26 dolar AS pada akhir Oktober lalu, namun kemudian menguat hingga ditutup di level 47,67 dolar AS pada akhir sesi perdagangan Kamis pekan lalu.

Unilever dianggap mendukung Israel ketika salah satu anak perusahaannya, Ben & Jerry’s, memutuskan untuk berhenti menjual es krimnya di wilayah Palestina yang diduduki Israel, dengan alasan etis. Namun, keputusan itu membuat Israel marah dan menganggap Unilever sebagai pro-Palestina. CEO Unilever, Alan Jope, menyatakan bahwa perusahaan tetap berkomitmen penuh terhadap bisnisnya di Israel.

Unilever mengalihkan distribusi es krim Ben & Jerry’s ke distributor lokal di Israel, yang memicu kontroversi baru. Beberapa pihak mengklaim bahwa Ben & Jerry’s bergabung dalam gerakan BDS, yang bertujuan untuk mencabut hak Israel sebagai negara dan memiliki akar antisemitisme. Unilever menolak segala bentuk diskriminasi atau intoleransi, termasuk antisemitisme.

Selain kontroversi terkait Israel, Unilever juga membuat kontroversi besar pada 2020 lalu dengan menyatakan diri berkomitmen mendukung gerakan LGBTQ+. Unilever juga membuka kesempatan bisnis bagi LGBTQ+ sebagai bagian dari koalisi global. Unilever Indonesia, yang didirikan sejak 1933, telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMGG) terkemuka di Tanah Air. Dengan lebih dari 40 merek dan 9 pabrik, Unilever Indonesia menghasilkan produk seperti Pepsodent, Sunsilk, Royco, dan Kecap Bango.