LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

by -199 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh kita lebih banyak jumlahnya dalam hal pasukan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pemimpin kita, jujur, patriotik, cerdas, rajin, dan tidak akan pernah tunduk pada dominasi bangsa asing, kita berhasil mengalahkan segala kemungkinan berulang kali.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas pada masa kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, ia berhasil mengecoh Belanda dua kali dengan ‘perang palsu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, sudah terbukti berkali-kali bahwa kunci kejayaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berdinas di angkatan bersenjata, saya belajar sebuah pepatah yang relevan untuk setiap prajurit di periode yang berbeda: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya pemimpin buruk.’

Saya juga belajar sebuah pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum, tetapi seribu harimau yang dipimpin oleh seekor kambing akan mengeluarkan suara mengaung.’

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas pada masa kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan pemberani. Ia juga teguh dan gigih menghadapi kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika pertama kali memegang senjata dan bertempur melawan Belanda saat awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Ketika berusia 29 tahun, ia pura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Ia disambut oleh Gubernur Van Teijn yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati orang Aceh.

Teuku Umar membuktikan nilai dirinya kepada Belanda dengan menghancurkan pos-pos pertahanan Aceh. Sebagai hasilnya, ia diberikan peran yang lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang laksamana.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan kru ditawan oleh Raja Teunom, yang menuntut tebusan uang. Pemerintah Kolonial Belanda menugaskan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, ia menuntut agar diberikan banyak peralatan dan senjata. Belanda mengabulkan permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut oleh berita bahwa para prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semuanya tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar berbalik memihak kepada Aceh melawan Belanda, membuat Belanda terkejut.

Perang yang berkepanjangan antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk merancang strategi baru, menggunakan trik lama yang sudah ia kenal dengan baik. Sebagai seorang ahli tipu muslihat, sepuluh tahun kemudian, ia menyerahkan diri kepada Belanda lagi. Ia melakukannya dengan mengadakan ‘pertempuran palsu’ dan menyusun pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal-Besar Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang kamu duga, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Ia membawa pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, serta $18.000 uang tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok ketika ia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan pasukannya dikelilingi. Ia dan para prajuritnya memilih untuk langsung melawan Belanda dan bertarung sampai akhir. Satu peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai pahlawan.

Source link