Diharapkan India dan Pakistan Akan Meninjau Ulang Kebijakan Ekspor Sawit Indonesia

by -158 Views

BADUNG — India merupakan negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia terbesar. Permintaan minyak sawit di negara tersebut dinilai sangat tinggi.

Sebagai importir, India berharap pemerintah Indonesia mempermudah ekspor komoditas itu ke India. “Kami berharap Pemerintah Indonesia dapat meninjau kembali kebijakan yang berlangsung,” ujar Direktur Eksekutif The Solvent Extractors Association of India BV Mehta di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (3/11/23).

Ia menjelaskan, banyak faktor yang mengakibatkan kebutuhan minyak sawit global terus meningkat. Pertumbuhan penduduk India sendiri masih mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi minyak nabati, pada 2008-2009 sebesar 14,1 juta ton, menjadi 22,5 juta ton pada 2021-2022.

“Ketergantungan terhadap impor minyak nabati saat ini mencapai 65 persen. Ini cukup mengkhawatirkan,” katanya.

Saat produksi minyak nabati meningkat perlahan, menurut Mehta, permintaan meningkat pesat sehingga menyebabkan peningkatan impor. Dirinya menyebutkan, komoditas utama yang diimpor India yakni minyak kelapa sawit, sebanyak 60 persen di antaranya atau mayoritas diperoleh dari Indonesia, Malaysia, dan sedikit dari Thailand.

Mehta menyebutkan, konsumsi minyak kelapa sawit mencapai 25 juta ton atau 33 persen dari total konsumsi minyak nabati nasional India. Diikuti oleh minyak kedelai (24 persen), dan minyak bunga matahari (8 persen).

“Minyak kelapa sawit terkenal di sektor restoran dan katering,” tuturnya.

Misal, sambungnya, untuk memenuhi kebutuhan melalui perkebunan kelapa sawit dalam negeri, termasuk meresmikan Indian Palm Oil Sustainability Framework (IPOS). Tujuannya, menjalankan industri sawit yang berkelanjutan.

Selain India, Pakistan juga merupakan negara tujuan ekspor utama minyak sawit Indonesia. Negara tersebut pun berharap pemerintah Indonesia mengevaluasi kebijakan ekspor minyak sawit.

“Kebutuhan minyak nabati yang cukup besar dan ketergantungan kami dengan impor yang terjadi membuat kami berharap Pemerintah Indonesia bisa melihat kembali kebijakan yang dijalankan,” kata Chief Executive Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) dan Westbury Group Abdul Rasheed Janmohammed pada kesempatan serupa.

Ia menambahkan, Pakistan akan membeli sawit dari Indonesia guna memenuhi kebutuhan minyak nabati yang akan meningkat pada akhir 2023 hingga awal 2024.

Sementara, total konsumsi Pakistan terhadap minyak nabati cukup besar, yaitu 4,5 juta ton dengan produksi lokal sebesar 0,75 ton. Produksi lokal yang terbilang sedikit itu membuat Pakistan menjadi negara yang membutuhkan impor minyak nabati sebesar tiga juta ton.

Kebutuhan ini masih ditambah lagi dengan kenyataan Pakistan baru-baru ini memberlakukan larangan produk pangan rekayasa genetika atau GMO. Dengan begitu, pasokan minyak nabati yang masuk menjadi lebih terbatas.

“Kami harap Indonesia tetap akan membuka keran eskpor kepada Pakistan. Itu karena produksi minyak nabati kami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik,” jelas Abdul.

Sumber: Republika