Dampak Terkini Boikot Israel terhadap Merek-merek Global

by -186 Views

KUALA LUMPUR – Jaringan merek global mengalami penurunan penjualan yang mengakibatkan penurunan keuntungan dan penutupan sementara gerai mereka. Selain kondisi ekonomi, salah satu penyebabnya adalah boikot konsumen sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Konsumen global, terutama di negara-negara Muslim, melakukan boikot terhadap produk-produk tersebut karena dianggap memiliki keterkaitan atau mendukung Israel dan militer Israel dalam serangan ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menyebabkan 34 ribu warga sipil tewas.

Dampak boikot konsumen di negara-negara Muslim dirasakan oleh Starbucks, McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan merek global lainnya seperti Unilever. KFC Malaysia memutuskan untuk sementara menutup gerai makanan cepat saji mereka.

Analis dari Northcoast Research, Jim Sanderson mengatakan bahwa dampak perang di Timur Tengah akan memengaruhi semua merek dari Amerika Serikat secara internasional.

Franchise KFC Malaysia menyatakan bahwa penutupan gerai disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sulit. Namun, laporan-laporan berita lokal mengaitkan penutupan tersebut dengan boikot terhadap produk yang terkait dengan Israel.

QSR Brands Holdings Bhd, yang mengoperasikan gerai KFC dan Pizza Hut di Malaysia, menyatakan bahwa penutupan sementara bertujuan untuk menekan biaya usaha yang meningkat dan fokus pada wilayah bisnis yang lebih menguntungkan.

KFC Malaysia menegaskan bahwa mereka akan terus memberikan produk dan layanan berkualitas kepada konsumen, sambil tetap menjaga kesetiaan pada konsumen dan melindungi karyawan. Perusahaan ini juga menawarkan kesempatan bagi karyawan yang terdampak untuk pindah ke gerai yang masih beroperasi.

Boikot produk-produk terkait Israel juga berdampak pada perusahaan global lainnya seperti McDonald’s, Starbucks, dan Unilever. Perusahaan-perusahaan ini mengalami penurunan penjualan akibat aksi boikot di negara-negara Muslim.

McDonald’s mengungkapkan bahwa kampanye boikot di Timur Tengah, Indonesia, dan Malaysia telah menyebabkan pertumbuhan penjualan yang minim, sedangkan Unilever melaporkan penurunan penjualan di Indonesia karena isu geopolitik.

Starbucks juga merasakan penurunan penjualan untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun terakhir. Dengan adanya boikot terhadap produk-produk terkait Israel, merek global ini harus menyesuaikan strategi penjualan mereka.

Sumber: Republika.