Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -121 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya ketika dia menarik saya dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya anggap peristiwa ini sebagai sebuah kehormatan.

Ketika dia menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi inilah yang saya emban, dan dengan dukungan penuh dari beliau saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia, seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran dia belajar taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru setiap prajurit menembak. Dari situ kita akan tahu kualitas pasukan itu. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah, setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai pribadi yang ceria, penuh humor, selalu persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai atasan, rekan, dan anak buah.

Pak Tarub juga terlihat dari foto-foto daerah operasi, sejak dia masih seorang kapten, selalu berada di daerah operasi. Selain hobi menembak, beliau juga gemar berolahraga, terutama bela diri.

Seringkali Pak Tarub memberi tugas kepada saya, namun setelah memberi tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas itu tanpa banyak campur tangan. Banyak senior saya memberi tugas, memberi perintah, dan memberi dukungan dengan apa yang dibutuhkan tanpa mengganggu pelaksanaan tugas itu.

Sifat ini kemudian saya gunakan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering memberi anak buah saya tugas, dan saya biarkan mereka menyelesaikannya. Tentu saja, saya akan memberikan dukungan yang diperlukan, namun saya memberikan keleluasaan untuk mereka menyelesaikan tugas itu.

Sebagai orang lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, ditanya, atau diawasi. Saya melihat ini sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah seperti itu. Dikenal dengan istilah yang digunakan tentara Jerman dan Amerika sebagai mission type order. Perintah dengan memberi tugas pokok. Tidak perlu detail.

Ini juga yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Ia langsung terbang, tanpa perintah operasi yang bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link