Jokowi Mengungkap Kesulitan Indonesia dalam Menghentikan Impor Beras

by -135 Views

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia tidak lagi melakukan impor beras. Namun, ia mengakui bahwa hal itu sulit dilakukan karena produksi beras di dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan. Hal ini disampaikan Jokowi dalam acara pembinaan petani se-Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, pada Selasa (2/1/2024).

“Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksinya tidak mencapai,” ujar Jokowi.

Ia menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun. Ada sekitar 4-4,5 juta bayi yang baru lahir, sehingga jumlah beras yang dibutuhkan juga semakin banyak.

“Karena setiap tahun kita bertambah yang harus diberikan makan, 4 juta-4,5 juta bayi yang baru lahir. Semua butuh makan. Penduduk kita sudah hampir 280 juta jiwa semua butuh makan, semua butuh beras,” kata dia.

Meskipun belum bisa menghentikan impor beras, Jokowi bersyukur karena jumlah impor untuk komoditas jagung kini semakin menurun. Pada 2015, impor jagung Indonesia mencapai 3,7 juta ton, namun saat ini jumlah impor jagung hanya sekitar 800 ribu ton.

“Artinya petani dalam produksi jagung sudah melompat 3 jutanya gak usah impor yang sudah dihasilkan para petani. Ini saya harus sampaikan acungan jempol petani yang tanam jagung sehingga padinya ini harus dikejar agar tidak impor,” ujar Jokowi.

Jokowi menyadari bahwa dibutuhkan tahapan dan proses untuk menghentikan impor beras. Namun, upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian juga menghadapi tantangan seperti tingginya harga pupuk saat ini akibat perang Ukraina dan Rusia.

Ia juga mengingatkan sulitnya kondisi pangan di dunia saat ini, di mana 22 negara penghasil beras menghentikan atau mengurangi ekspor berasnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dalam sambutannya, Jokowi juga meminta kepala daerah agar selalu memantau kondisi di lapangan, khususnya soal distribusi pupuk. Hal ini diharapkan dapat mengurangi keluhan petani terkait pupuk dan meningkatkan produksi pertanian.

Sumber: Republika