Perebutan kursi presiden FIA akhir tahun ini tampaknya akan berjalan mulus bagi Mohammed Ben Sulayem, yang saat ini memegang jabatan. Para pesaingnya tampaknya tidak dapat menemukan tim yang memenuhi syarat untuk menjadi lawan yang tangguh. Sidang Umum FIA yang berlangsung pada 12 Desember di Tashkent, Uzbekistan, menjadi panggung untuk Ben Sulayem berjuang mempertahankan masa jabatannya selama empat tahun kedua. Beberapa kandidat potensial yang muncul seperti mantan steward F1 Tim Mayer, pembalap Swiss Laura Villars, dan presenter TV asal Belgia, Virginie Philippot. Menurut peraturan, setiap kandidat harus mengajukan daftar presiden yang terdiri dari anggota yang memenuhi syarat untuk mengisi peran penting di FIA. Meskipun ada beberapa pesaing yang muncul, seperti Fabiana Ecclestone dari Amerika Selatan, yang didukung Ben Sulayem, namun sulit bagi lawan-lawan lainnya untuk menyusun tim yang cukup kuat. Perjalanan politik FIA terungkap melalui gejolak yang dimulai sejak surat dukungan dikeluarkan dan direspon oleh Ben Sulayem. Meskipun ada beberapa kritik terhadap kepemimpinan Ben Sulayem, namun masih banyak dukungan yang dia terima dari berbagai anggota FIA. Selama proses tersebut, terdapat pengunduran diri dan pemecatan beberapa pejabat tinggi FIA, yang meninggalkan jejak ketidakpastian dan ketegangan di organisasi tersebut. Pemilihan presiden FIA nampaknya akan menjadi pertarungan sengit antara Ben Sulayem yang mendapat dukungan luas di berbagai wilayah dan lawan-lawannya yang berjuang keras untuk meraih dukungan anggota dan klub-klub FIA.
Ben Sulayem Berpotensi Kembali Sebagai Presiden FIA





