Pada Grand Prix Belanda, Oscar Piastri berhasil mencetak prestasi luar biasa dengan meraih grand chelem. Piastri mencatatkan pole position dengan selisih waktu tipis dari rekan setimnya, Lando Norris, dan memimpin balapan sepanjang jalannya meskipun menghadapi tiga intervensi safety car. Meski tertekan oleh Norris dan Max Verstappen, Piastri tetap mampu meraih kemenangan dengan mencatatkan lap tercepat. Ini menjadikannya salah satu dari sedikit pembalap Formula 1 yang mampu mencapai grand chelem, prestasi yang sebelumnya hanya dimiliki oleh sedikit pembalap di dunia. McLaren sebagai tim pun bisa merayakan prestasi ini, karena sebelumnya hanya Ayrton Senna dan Mika Hakkinen yang berhasil mencetak lima grand chelem untuk tim tersebut.
Salah satu grand chelem legendaris milik McLaren datang dari Ayrton Senna pada Grand Prix Spanyol 1989, ketika ia berjuang untuk menjaga peluangnya meraih gelar juara. Senna menunjukkan performa ciamiknya di Jerez dan berhasil meraih kemenangan yang penting untuk mempertahankan peluang gelar. Demikian juga dengan grand chelem yang dicapai Senna di Monako 1990, di kandangnya sendiri. Serta di GP Italia 1990, ketika Senna berjaya di kandang Ferrari dan unggul atas Alain Prost. Sedangkan untuk Mika Hakkinen, Grand Prix Brasil 1998 dan Grand Prix Monako 1998 menjadi awal musim yang sempurna bagi pembalap asal Finlandia. Hakkinen berhasil mengukir prestasi gemilang di dua balapan tersebut, menunjukkan dominasinya bersama McLaren.
Dengan catatan prestasi yang luar biasa ini, Piastri bergabung dengan daftar elite pembalap Formula 1 yang mampu meraih grand chelem. Sementara bagi McLaren, ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan, menegaskan kembali bahwa tim ini memiliki sejarah panjang di balapan mobil dan menjadi bagian penting dari sejarah olahraga balap dunia. Menyusul jejak Senna dan Hakkinen, Piastri telah membuktikan bahwa McLaren tetap menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan dalam kancah balap mobil internasional.
