Tradisi Memetri Bumi Desa Bantarsari: Melestarikan Budaya Jawa

by -14 Views

Di Desa Bantarsari, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, tradisi warisan leluhur tetap dijaga meskipun modernisasi semakin masif. Kegiatan memetri bumi digelar secara rutin, khususnya saat bulan Muharram atau Tahun Baru Islam, serta menyambut bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Uniknya, pada tahun ini kegiatan memetri bumi dilaksanakan bergiliran di masing-masing dusun Desa Bantarsari, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa, Ngato Urohman.

Tradisi memetri bumi ini bukan hanya sekadar kegiatan budaya ruwat bumi dan pagelaran wayang, tetapi juga memasukkan unsur keagamaan seperti pengajian. Acara pengajian kali ini dimeriahkan oleh KH. Muslihun Azhari, yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Agung Cilacap. Selain kegiatan keagamaan, juga terdapat bakti sosial dimana pemerintah desa memberikan santunan kepada anak yatim dengan total nilai Rp10 juta melalui masing-masing anak ranting muslimat.

Lebih jauh, ada pagelaran wayang kulit yang digelar semalam suntuk dengan dalang Ki Eko Suwaryo dari Gombong. Menurut Ngato, kehadiran wayang kulit adalah upaya untuk melestarikan seni budaya Jawa agar tetap dikenali dan dihargai oleh generasi penerus. Harapannya, tradisi memetri bumi ini dapat membawa keberkahan dan keberlimpahan hasil bumi kepada masyarakat, yang juga merupakan bentuk syukur kepada Tuhan. Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga merupakan bentuk rasa syukur dan kesyukuran kepada Tuhan YME.

Source link