Setiap tahun pada tanggal 3 Juni, masyarakat Bogor merayakan Hari Jadi Bogor (HJB). Dibalik perayaan ini, nyatanya menyimpan sejarah masa lampau yang menjadi asal usul dari hari istimewa kota hujan ini. Berbagai pendapat tentang asal usul nama “Bogor” menarik untuk dibahas. Mulai dari sebutan “Buitenzorg” yang merupakan nama resmi dari masa penjajahan Belanda, hingga pendapat yang mengaitkannya dengan kata “Bahai” dan “Bokor”. Kisah lama juga mencatat bahwa nama “Bogor” bisa berasal dari “Hoofd Van de Negorij Bogor”.
Hari Jadi Bogor (HJB) sendiri berasal dari peristiwa penting yang terjadi lebih dari lima abad lalu. Pada tanggal 3 Juni 1482, upacara Kuwedabhakti dilakukan untuk menobatkan Sri Baduga Maharaja sebagai raja di Kerajaan Pajajaran. Sri Baduga Maharaja kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Pajajaran selama 39 tahun masa kekuasaannya (1482–1521). Dengan demikian, tanggal 3 Juni ditetapkan sebagai Hari Jadi Bogor secara resmi dan dirayakan setiap tahun.
Perayaan HJB tidak hanya menjadi ajang nostalgia sejarah, tetapi juga meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan antar warga Bogor. Berbagai acara seperti upacara peringatan, bazar kuliner, arak-arakan jampana, hingga festival nusantara tradisional dan modern menjadi bagian dari perayaan tersebut. Setiap tahunnya, HJB memiliki tema khusus, seperti tema “Raksa Jagaditha” untuk Kota Bogor dan “Sacangreud Pageuh, Sagolek Pangkek, Ngarojong Pangwangunan” untuk Kabupaten Bogor. Tema ini mengandung makna tentang keseimbangan bumi, semangat kebersamaan, dan gotong royong dalam mendukung pembangunan.
Dengan demikian, Hari Jadi Bogor bukan hanya perayaan yang meriah, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan budaya yang penting bagi masyarakat Bogor. Menyelenggarakan perayaan HJB setiap tahunnya adalah upaya untuk merayakan sejarah dan memupuk rasa kebersamaan di tengah masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor.