Indonesian Diaspora in Malaysia Supports Free Nutritious Meals Program

by -26 Views

Pada tanggal 25 Mei 2025, suasana hangat dan penuh emosi menyelimuti lobi Grand Hyatt Kuala Lumpur ketika Presiden Indonesia Prabowo Subianto tiba untuk menghadiri KTT ASEAN ke-49. Banyak warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Malaysia dengan penuh antusias menunggu kedatangannya, banyak di antara mereka yang terharu saat melihat presidennya secara langsung. Salah satunya adalah Kamaludin, seorang pekerja migran asal Gayo Lues, Aceh. Ia mengaku sangat terharu akhirnya bisa bertemu dengan pria yang sebelumnya hanya ia lihat dari kejauhan.

“Saya datang ke sini khusus untuk bertemu Presiden. Ini momen luar biasa bagi saya. Selama ini, saya hanya melihatnya lewat media. Tapi hari ini, saya bersalaman langsung dengannya. Kata-kata tak bisa menggambarkan betapa perasaan saya saat itu,” ujarnya, matanya bersinar. Bagi Kamaludin, bukan hanya pertemuan fisik yang meninggalkan kesan, tapi juga sikap hangat dan terbuka Presiden Prabowo terhadap diaspora Indonesia.

“Pak Prabowo sangat baik. Ia menyambut kami, diaspora, dengan begitu hangat, dan itu membuat saya merasa benar-benar diperhatikan. Ini adalah momen yang takkan saya lupakan,” tambahnya. Berlatar belakang rural, Kamaludin juga menyatakan kagum terhadap inisiatif Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Presiden. Baginya, program tersebut bukan hanya kebijakan pemerintah—namun juga tanda nyata bahwa negara ada bagi mereka yang paling membutuhkan.

“Saya tumbuh di pedesaan, dan saya tahu bagaimana rasanya pergi sekolah tanpa makan. Banyak anak-anak yang hidup seperti itu. Tapi Pak Prabowo melihat mereka, ia memahami kesulitan yang mereka alami. Itulah yang paling menyentuh saya,” ujarnya. Ia pun mengusulkan pendirian pusat keluhan publik atau hotline di setiap provinsi, yang memungkinkan warga memberikan umpan balik dan melaporkan masalah terkait program-program nasional.

Dalam komentarnya di akhir wawancara, Kamaludin spontan membandingkan Prabowo dengan presiden Indonesia pertama, Sukarno. “Sejujurnya, saya dulu tidak percaya pada Pak Prabowo. Tapi setelah menyaksikan kepemimpinannya dan program-programnya—terutama ketegasannya dalam menegakkan hukum—saya berubah pikiran. Pejabat yang korup dibereskan dalam hitungan bulan. Kalau boleh saya katakan, Pak Prabowo bisa jadi Sukarno kedua,” ucapnya dengan keyakinan.

Source link