Memarahi anak dengan nada tinggi atau kata-kata kasar dapat meninggalkan luka psikologis yang dalam. Trauma tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosional dan sosial anak, bahkan hingga dewasa. Untungnya, orang tua memiliki kesempatan untuk membantu anak pulih dari trauma tersebut. Dengan pendekatan yang penuh empati dan konsisten, proses pemulihan dapat dilakukan secara bertahap. Berikut adalah delapan langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak pulih dari trauma tersebut.
Pertama, mendengarkan dengan penuh perhatian. Berikan anak kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya tanpa interupsi. Kedua, meminta maaf dengan tulus. Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak adalah langkah penting dalam proses pemulihan. Ketiga, mengajukan pertanyaan terbuka. Dorong anak untuk berbagi perasaannya dengan pertanyaan yang membantu mereka mengungkapkan emosinya lebih dalam.
Keempat, memvalidasi perasaan anak. Akui dan hargai perasaan anak tanpa menghakimi, sehingga anak merasa dipahami dan diterima. Kelima, menunjukkan kasih sayang setelah marah. Setelah memarahi anak, penting untuk menunjukkan bahwa orang tua tetap mencintainya. Keenam, menciptakan rutinitas yang menenangkan. Rutinitas harian yang konsisten memberikan rasa aman dan stabil bagi anak.
Ketujuh, menghindari hukuman fisik dan verbal. Alih-alih hukuman, terapkan disiplin positif yang membimbing anak tanpa rasa takut. Terakhir, mencari bantuan profesional jika diperlukan. Jika trauma yang dialami anak terasa mendalam, konsultasikan dengan psikolog anak untuk bantuan lebih lanjut.
Memperbaiki trauma mental anak membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi. Orang tua harus siap mendampingi anak dengan penuh pengertian dalam setiap langkah pemulihan. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan empati, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi anak. Hal ini memungkinkan anak untuk membangun rasa percaya diri, mengelola emosi, dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional.