Pelantikan pejabat rektorat Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya pada Kamis siang, berubah menjadi panggung kekacauan ketika sejumlah wartawan yang diundang resmi diusir dari lokasi acara. Insiden ini tidak hanya mencoreng reputasi kampus, tetapi juga menunjukkan penolakan terhadap keterbukaan dan indikasi penyimpangan etika dalam proses pemilihan pimpinan. Diketahui bahwa insiden dimulai di Hall lantai 1 kampus Uwika, di mana sejumlah wartawan ditolak masuk meskipun membawa undangan resmi. Wartawan dari Jatimtimes dan Harian Disway bahkan mengalami intimidasi dengan nama salah satu wartawan dicoret dengan tinta merah.
Pelarangan wartawan ini diduga berasal dari Humas kampus, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai dasar keputusan tersebut. Upaya konfirmasi kepada pihak Humas juga menemui jalan buntu. Di balik insiden pengusiran wartawan, terdapat dinamika pemilihan rektor yang mencurigakan. Proses seleksi yang seharusnya transparan, justru menimbulkan kejanggalan. Memunculkan sosok Wakil Rektor yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Senat dengan gelar magister, bertentangan dengan syarat yang ditetapkan oleh yayasan.
Keresahan juga menjalar di kalangan mahasiswa karena ancaman pembungkaman terhadap mahasiswa yang berani bersuara. Meskipun lembaga mahasiswa kampus memilih untuk diam, mereka menyatakan tengah menyusun rencana advokasi internal sebagai bentuk perlawanan tanpa suara. Situasi di Uwika menunjukkan kecenderungan sistem akademik yang retak, manajemen kampus yang buruk, dan komitmen pada nilai-nilai ilmiah yang lunak. Institusi pendidikan tersebut seakan membangun tembok terhadap perubahan dengan menutup pintu untuk jurnalis, meremehkan etika, dan mengancam mahasiswa kritis.
Krisis etika yang terjadi di Universitas Widya Kartika bukanlah insiden kecil. Hal ini mencerminkan keretakan dalam sistem akademik dan kerugian integritas institusi tersebut. Sejarah jurnalisme mengingatkan bahwa hal yang dilarang untuk diliput justru patut diberitakan. Uwika perlu menghadapi krisis ini dengan transparansi dan integritas, untuk bisa memulihkan kepercayaan publik dan arah kampus yang benar.
