Setiap tanggal 5 Mei diperingati sebagai Hari Bidan Internasional, untuk menghormati jasa bidan dalam melayani kesehatan ibu dan anak. Perayaan ini bukan hanya sebagai momen, namun juga pengakuan global terhadap dedikasi bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan layanan kesehatan maternal dan neonatal di seluruh dunia. Ide untuk menetapkan Hari Bidan Internasional pada tanggal 5 Mei diciptakan pada tahun 1987 dalam Konferensi Konfederasi Bidan Internasional di Belanda. Sejak itu, berbagai negara seperti Selandia Baru dan Iran mulai merayakan Hari Bidan Internasional pada tanggal 5 Mei, sebagai bentuk pengakuan terhadap peran vital bidan. Sejarah kebidanan di Indonesia dimulai sejak masa kolonial Belanda, di mana pendidikan bidan pertama kali dibuka bagi wanita pribumi di Batavia pada tahun 1851 oleh dokter Belanda, Dr. W. Rosch. Inisiatif ini membawa dampak dalam perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia, dengan dibukanya pendidikan bidan untuk perempuan Indonesia di Makassar pada tahun 1904. Bidan tidak hanya membantu proses persalinan, namun juga berperan dalam edukasi kesehatan reproduksi dan pemantauan tumbuh kembang anak. Melalui peringatan Hari Bidan Internasional, peran bidan dalam kehidupan manusia diperjuangkan, dengan tema “Bidan: Penting dalam Setiap Krisis” pada tahun 2025. Meskipun peran bidan sangat krusial, mereka masih menghadapi berbagai tantangan seperti kekurangan tenaga, perlengkapan, dan dukungan yang memadai. Untuk itu, Konfederasi Bidan Internasional (ICM) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkampanyekan pengakuan atas keterlibatan bidan dalam setiap situasi darurat untuk melindungi keselamatan perempuan dan anak-anak.
Hari Bidan Internasional: Sejarah dan Signifikansinya – ANTARA News
