Rektor Universitas Muhammadiyah Jember, Dr. Hanafi, memberikan cenderamata kepada Solehati, MH, pendamping UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Jember, setelah diskusi “Ngaji Hukum: KUHAP Series” di aula fakultas hukum kampus pada tanggal 29 April 2025. Diskusi tersebut menyoroti penerapan keadilan restoratif (RJ) dalam konteks perlindungan korban kekerasan, di mana pentingnya asesmen dalam proses keadilan restoratif terutama untuk kasus kekerasan seksual dan asusila menjadi sorotan.
Dalam forum ini, berbagai praktisi hukum, akademisi, pendamping korban, dan aparat penegak hukum hadir untuk mengevaluasi praktik RJ yang sudah berlangsung. Solehati, pendamping UPTD PPA Kabupaten Jember, secara kritis mengungkap penyimpangan dalam praktik RJ yang mengarah pada ketidakadilan terhadap korban. Restorative justice seharusnya bukan hanya upaya penyelesaian cepat, tetapi sebuah proses pemulihan yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap kondisi korban untuk menghindari lebih banyak kerugian.
Diskusi yang dimoderatori oleh Lutfian Ubaidillah, MH, dihadiri oleh berbagai pihak termasuk Wakil Ketua DPC Peradi Jember Gatot Irianto, MH, dan Dosen Fakultas Hukum UM Jember, Suyatna, MHum. Semua sepakat bahwa keadilan restoratif harus memiliki landasan hukum yang kuat tanpa menggantikan peradilan, melainkan melengkapi dengan aspek kemanusiaan yang lebih terjamin. Meskipun ada dukungan dari Polres Jember terkait penerapan RJ, namun ada batasan tertentu terutama dalam kasus kekerasan seksual yang membatasi ruang lingkup penerapannya.
Perwakilan dari kejaksaan juga ikut serta dalam diskusi tersebut, menjelaskan bahwa meskipun RJ diatur dalam peraturan kejaksaan, namun penerapannya harus memenuhi sejumlah kriteria yang ketat, termasuk kehendak bebas korban. Keseluruhan diskusi menyimpulkan bahwa pentingnya asesmen dan keterlibatan berbagai pihak dalam proses keadilan restoratif demi terwujudnya perlindungan yang lebih baik bagi korban kekerasan.
