Olahraga bela diri di Indonesia memiliki banyak penggemar dengan berbagai jenis yang bermanfaat untuk melindungi diri dari ancaman kejahatan. Mulai dari taekwondo, karate, pencak silat, muay thai, tinju, dan jenis bela diri lainnya, semuanya memberikan manfaat dalam hal disiplin dan kemandirian. Latihan bela diri melibatkan penggunaan seluruh tubuh dan kontak fisik penuh, sehingga membutuhkan gerakan yang banyak. Namun, jika latihan tidak dilakukan dengan benar dan tanpa perlindungan yang tepat, risiko cedera bisa meningkat.
Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang mungkin muncul saat berlatih bela diri agar dapat dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan arahan pelatih. Beberapa potensi bahaya yang harus diperhatikan saat berlatih bela diri adalah cedera otot, cedera kepala, cedera tangan, cedera mata, cedera leher, cedera punggung, dan cedera tulang. Cedera otot sering terjadi karena gerakan berulang, pukulan, atau jatuh, yang dapat menyebabkan masalah pada ligamen terutama di pergelangan kaki dan lutut. Risiko cedera pada kepala sering terjadi saat berlatih tinju, dan dapat menyebabkan cedera otak traumatis. Kesalahan gerakan tangan dapat menyebabkan cedera pada tangan seperti patah tulang di bawah jari-jari.
Cedera mata sering terjadi pada olahraga tinju dan MMA akibat kontak fisik langsung, dan dapat disebabkan oleh kelalaian perlindungan. Gerakan yang tidak tepat atau teknik yang salah dapat menyebabkan cedera pada leher dan punggung, sehingga perlu diperhatikan saat berlatih bela diri. Selain itu, cedera tulang lainnya juga bisa terjadi akibat benturan keras atau jatuh. Untuk menghindari risiko cedera, penting untuk menggunakan perlindungan yang tepat, memastikan teknik yang benar, dan berlatih di bawah pengawasan pelatih bersertifikat. Dengan langkah-langkah ini, risiko cedera saat berlatih bela diri dapat diminimalkan.