FIA, Formula 1, dan tim-timnya telah berdiskusi tentang mekanisme dalam peraturan mesin 2026, dengan tujuan memberikan peluang bagi pabrikan yang tertinggal untuk mengejar dan menghindari terulangnya kebakaran rumput di Grand Prix Jepang. Peraturan mesin 2026 menjadi poin utama dalam pertemuan terakhir Komisi F1 di Jenewa. Agenda tersebut menyoroti kekhawatiran atas kerumitan peraturan baru yang akan mempengaruhi grid pada musim mendatang. Tim-tim di F1 ingin menghindari skenario di mana pabrikan harus bertahun-tahun untuk mengejar ketertinggalan, seperti yang terjadi dengan Honda pada tahun 2015. Program mesin tahun depan akan terpatok pada batasan anggaran, sehingga dibahaslah berbagai mekanisme pengejaran untuk membantu pabrikan yang tertinggal. Komisi F1 telah mencapai kesepakatan dasar untuk mengizinkan penggunaan jam dyno tambahan dan ruang tambahan anggaran mesin bagi pabrikan yang terindikasi tertinggal. Diskusi juga mencakup proposal untuk mengurangi komponen listrik pada power unit agar mobil tidak melambat secara dramatis di lintasan lurus karena baterai kehabisan daya. Opini tentang proposal tersebut terpecah, dengan Toto Wolff dari Mercedes F1 menyebutnya lelucon dan Christian Horner dari Red Bull menyatakan dukungannya. Penyesuaian dalam penggunaan energi di sirkuit dengan lintasan lurus panjang juga menjadi perdebatan. Komisi F1 mengonfirmasi diskusi tentang manajemen energi dan solusi untuk masalah teknis dan finansial yang mungkin dihadapi pabrikan pada 2026. Selain itu, dibahas pula perawatan skid alternatif, strategi pemberhentian di Grand Prix Monako, dan penyesuaian untuk pendatang baru, termasuk Cadillac. Protokol keamanan juga ditingkatkan dengan menyelidiki bahan skid alternatif dan pemberhentian wajib. Semoga langkah-langkah ini dapat membawa kemajuan bagi Formula 1 ke depan.
Solusi Mesin 2026 & Kebakaran Rumput Dibahas oleh Komisi F1
