Jalur Alas Roban di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dikenal sebagai salah satu ruas jalan legendaris di Pulau Jawa. Merupakan bagian dari Jalur Pantai Utara (Pantura), jalur ini menawarkan pemandangan eksotis di tengah hutan jati, namun juga memiliki tantangan berat bagi para pengendara. Dikenal dengan julukan “jalur tengkorak” di Jawa Tengah, jalan beraspal dan beton ini memiliki tanjakan terjal serta kelokan tajam yang rawan kecelakaan, terutama saat arus mudik Lebaran dan libur nasional.
Sopir yang sering melintasi jalur ini menyatakan perlu kewaspadaan ekstra, seperti yang diungkapkan oleh Fajar, seorang sopir bus AKAP yang sudah terbiasa melintasi rute Surabaya-Jakarta. Sebelum memasuki kawasan Alas Roban, para pengemudi biasanya beristirahat terlebih dahulu di rumah makan sekitar Gringsing, Batang, untuk memastikan kendaraan dan fisiknya siap menghadapi tantangan jalur tersebut.
Meskipun jalur tol telah membantu mengurangi kepadatan di jalur lama, Alas Roban masih tetap digunakan oleh kendaraan kecil dan sepeda motor, bahkan oleh mereka yang ingin merasakan suasana jalur klasik tersebut. Selain medan yang berat, lingkungan sekitar Alas Roban yang masih berupa hutan dan minim penerangan turut menambah kesan angker. Banyak pengendara mengaku enggan melintasi jalur ini di malam hari, terutama karena cerita mistis yang beredar.
Jalur Alas Roban bukan hanya jalan raya biasa, tapi juga bagian dari sejarah panjang infrastruktur dan budaya masyarakat pesisir utara Jawa. Di balik keindahannya, jalur ini mengajarkan kehati-hatian dan penghormatan terhadap alam serta warisan sejarah yang melingkupinya. Meski demikian, banyak sopir kini lebih memilih jalur tol demi alasan keselamatan, karena jalur lama dengan segala tantangannya tetap membutuhkan kewaspadaan ekstra.