Tragedi mengguncang Surabaya ketika seorang ayah tewas di tangan anaknya sendiri di rumah mereka di Jalan Raya Darmo Permai II. Kejadian tragis ini membawa kita pada kesadaran bahwa rumah tangga yang terlihat damai dari luar sebenarnya bisa menjadi medan konflik yang gelap dan mematikan. Awalnya, kematian ayah tersebut dianggap alami, namun penyelidikan menyimpulkan bahwa ia sebenarnya menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh anak kandungnya sendiri.
Pelaku yang merupakan anak korban ditangkap oleh Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, dan identitasnya tidak diungkapkan. Motif dari pembunuhan ini diduga karena sakit hati atau kesal, namun rincian lebih lanjut akan diungkap dalam rilis resmi. Tragedi ini memperlihatkan sisi gelap dari dinamika keluarga, di mana konflik yang tidak terselesaikan dengan baik bisa berujung pada kekerasan yang merusak ikatan keluarga.
Masyarakat Surabaya dan sekitarnya terkejut dengan kejadian ini, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di balik dinding rumah yang seharusnya merupakan tempat yang penuh kehangatan. Korban yang ditemukan bukan dalam keadaan perampokan menunjukkan bahwa ini adalah tindak kekerasan yang diduga dari faktor internal keluarga. Kasus ini menunjukkan bahwa kita tidak pernah tahu sepenuhnya apa yang terjadi di balik pintu tertutup rumah tangga. Dalam keadaan yang sudah pasti tragis ini, kita semua harus belajar untuk saling mendengarkan, meresapi dan merespon dari hati. Semoga tragedi seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan.
