Red Bull Racing telah menjalin sejarah panjang dalam upaya mencari mitra untuk berbagi saham, tetapi kesepakatan dengan Porsche akhirnya tidak terwujud karena kekhawatiran Red Bull akan kehilangan kendali dan fleksibilitasnya. Pihak Ford, yang memahami kegagalan negosiasi antara Red Bull dan Porsche, melihat peluang untuk menjalin kerjasama. Hal ini diawali dengan Ford mengirimkan email kepada Christian Horner dan akhirnya terciptalah kesepakatan yang saling menguntungkan.
Meskipun Ford memiliki sejarah gemilang dalam motorsport, keputusan untuk kembali ke Formula 1 tidak diharapkan lima tahun yang lalu. Namun, dengan perubahan regulasi dan ambisi untuk mencapai nol emisi pada 2030, serta popularitas olahraga yang meningkat, Ford melihat kesempatan yang tepat untuk kembali ke ajang balap bergengsi ini.
Dalam mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk kemungkinan membeli satu tim, Ford akhirnya memilih untuk bekerja sama dengan Red Bull Racing. Kedua belah pihak saling melengkapi dan memahami bahwa kolaborasi mereka adalah langkah yang tepat untuk mencapai tujuan bersama di arena Formula 1.
Dalam perbincangan awal mereka, Ford dan Red Bull Racing telah menemukan kesamaan pandangan dan potensi besar untuk bekerja sama. Ford tidak hanya akan membantu dalam bagian kelistrikan mesin 2026, tetapi juga akan memberikan kontribusi dalam berbagai aspek teknologi mobil balap seperti manufaktur aditif dan elektrifikasi.
Diperkirakan bahwa hasil kolaborasi ini akan memberikan tantangan bagi kedua belah pihak, namun dengan dukungan dan kerjasama yang solid, Ford dan Red Bull Racing yakin dapat menghadapi setiap rintangan yang ada. Hal ini juga mencerminkan pepatah yang sering diucapkan oleh Dietrich Mateschitz: “Tidak ada risiko, tidak ada kesenangan.”