Petrokimia Gresik terus memperkuat konsep Green Port pada Terminal Untuk Pelabuhan Sendiri (TUKS). Penerapan konsep pelabuhan hijau ini membuat perusahaan lebih menghemat biaya distribusi logistik pupuk bersubsidi ke berbagai daerah di Indonesia bahkan ke mancanegara. Konsep Green Port di Pelabuhan Petrokimia Gresik telah membawa dampak positif dalam proses distribusi, efisiensi, dan keberlanjutan lingkungan. Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, menjelaskan bahwa penerapan Green Port telah memungkinkan perusahaan untuk memperoleh penghematan biaya yang signifikan dan memperoleh penghargaan bergengsi dari para stakeholder.
Penghargaan yang diraih oleh Pelabuhan Petrokimia Gresik, seperti Green Port Terbaik Se-Indonesia dan Green Port Award System (GPAS) dari APEC Port Service Network (APSN), menunjukkan keberhasilan penerapan konsep Green Port. Selain itu, Pelabuhan Petrokimia Gresik juga berhasil meraih Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) selama empat tahun berturut-turut. Konsep Green Port dijalankan melalui pengembangan ekosistem digital yang komprehensif, seperti aplikasi Petroport, Petrostar, POIN, E-Posh, AI CCTV, dan Promize.
Program dekarbonisasi juga telah diterapkan oleh Petrokimia Gresik dengan menggunakan kendaraan listrik, solarcell, dan penggantian bahan bakar batubara menjadi natural gas. Selain itu, perusahaan juga aktif melakukan pengelolaan lingkungan sekitar pelabuhan, mulai dari pengolahan sampah plastik hingga konservasi mangrove. Konsep Green Port juga diterapkan dalam upaya peningkatan kualitas kebersihan daratan dan perairan kolam daerah lingkungan kerja, untuk menurunkan pencemaran limbah cair, sampah domestik, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dwi Satriyo menekankan bahwa penerapan Green Port tidak hanya melindungi lingkungan sekitar perusahaan, tetapi juga meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya alam.
