Tradisi Tahlilan: Pentingnya Mengenal Perayaan Islam

by -24 Views

Tradisi tahlilan, peringatan pada hari ke-3, ke-7, ke-40, dan ke-100 setelah seseorang meninggal, telah menjadi bagian dari praktik keagamaan di berbagai komunitas Muslim, khususnya di Indonesia. Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an atau Hadis, tradisi ini berkembang sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi almarhum. Pada peringatan tahlilan, keluarga dan kerabat berkumpul untuk membaca tahlil, serangkaian doa dan zikir yang mendoakan agar dosa-dosa almarhum diampuni dan ditempatkan di tempat yang mulia. Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antaranggota masyarakat dan masyarakat setempat.

Makna dari tradisi tahlilan sangat dalam dalam memperingati almarhum. Pada hari ke-3 setelah seseorang meninggal, keluarga dan tetangga berkumpul di rumah duka untuk melaksanakan tahlilan. Doa-doa, ayat-ayat Al-Quran, sholawat, dan dzikir dibacakan untuk memohon ampunan dan rahmat bagi almarhum. Tahlilan juga diadakan pada hari ke-7 untuk memberikan penghormatan terakhir dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Pada hari ke-40 setelah wafat, tahlilan dilaksanakan sebagai penanda berakhirnya masa berkabung yang dianggap berat bagi keluarga. Sedangkan pada hari ke-100, tahlilan kembali diadakan untuk mengenang dan menghormati almarhum bersama keluarga dan kerabat.

Tahlilan merupakan tradisi yang lahir dari perpaduan budaya lokal dan ajaran Islam. Dalam hukum Islam, tahlilan dianggap sejalan dengan kaidah fiqh al-‘adah muhakkamah ma lam yukhalif al-syar’a, yang memungkinkan tradisi lokal diterima selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pelaksanaan tahlilan biasanya diisi dengan bacaan dzikir, doa, tahlil, dan jamuan makanan sebagai bentuk sedekah bagi para tamu. Praktik ini telah menjadi bagian dari ibadah ghairu mahdhah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.