PGN Memastikan Ketersediaan Gas di Sektor Hilir Melalui Integrasi Pengelolaan Infrastruktur & Komoditas

by -55 Views

Jakarta – PT PGN Tbk terus mengembangkan pemanfaatan gas bumi melalui berbagai upaya, salah satunya melalui integrasi pengelolaan infrastruktur baik pipeline maupun beyond pipeline dan komoditas gas bumi untuk menjawab tantangan di sektor hilir gas bumi. Integrasi pengelolaan infrastruktur dan komoditas gas akan memberikan kehandalan, fleksibilitas, dan keterjangkauan interkoneksi pusat-pusat pasar yang semakin kuat.

“Dengan integrasi ini, kami siap melakukan penyesuaian dari sisi pola operasi agar layanan gas bumi bisa lebih fleksibel, kemudian dari sisi market bisa lebih mudah mendapatkan kepastian pasokan. Tahun ini, introduksi produk LNG dan layanan beyond pipeline ke dalam market existing PGN menjadi enabler untuk quick win sesuai dinamika yang terjadi atas kondisi supply, demand, dan lingkungan bisnis gas,” ujar Group Head, Gas and LNG Supply PGN Muhammad Anas Pradipta, Selasa (20/08/2024).

Anas melanjutkan, pemenuhan gas bumi untuk Sumatera sampai ke Jawa akan lebih sustain ke depannya melalui integrasi pipa transmisi. Melihat tantangan geografis dan ketersediaan terminal LNG yang ada saat ini, PGN sedang merancang small scale LNG.

“Moda transportasi LNG bisa memenuhi kebutuhan gas bumi bagi pusat-pusat market yang ada. Tantangan yang ada adalah kondisi demand yang tersebar, sehingga ini menjadi tantangan dari sisi supply chain. Namun, akan tetap kami lakukan sebagai solusi untuk penyaluran gas di Indonesia tengah dan timur,” jelas Anas.

Pembangunan infrastruktur LNG seperti LNG Hub bertujuan untuk mengatasi imbalance supply & demand. LNG Hub akan menjadi key enabler dalam memperkuat reliability & availability penyaluran gas bumi sebagai energi transisi.

Infrastruktur LNG yang dimiliki oleh PGN saat ini di seluruh Indonesia antara lain FSRU Lampung (240 MMSCFD), FSRU Jawabarat (500 MMSCFD), LNG RT di Lhokseumawe – Aceh (400 MMSCFD) serta LNG Lamong (25-30 BBTUD).

Perencanaan LNG Hub berlokasi di Arun yang terletak di jalur perdagangan Internasional merupakan optimasi aset dan sesuai dengan rencana strategis menghadapi potensi pengembangan lapangan migas ke depan. Melalui Perta Arun Gas, saat ini PGN tengah melakukan revitalisasi 1 unit tangki LNG dan diperkirakan dapat beroperasi pada 2025.

PGN juga merencanakan pengembangan LNG Bunkering di beberapa lokasi seperti Arun, Tanjung Priok, dan Bontang. Target dalam jangka pendek adalah bunkering di Bontang yang dapat melayani LNG Fueled Vessel kapasitas 1.000 s/d 15.000 M3 di jalur pelayaran melalui selat Makassar menuju Australia (efisiensi 2-3 hari) dengan target COD di tahun 2026.

Selain membangun LNG Hub, mekanisme untuk mengatasi imbalance supply and demand adalah melalui pengembangan bisnis retail dengan moda CNG dan LNG berdasarkan kategori pelanggan (Volume) serta jarak antara lokasi supply dan demand pelanggan. Selanjutnya adalah pemetaan lokasi SPBU di seluruh wilayah Indonesia (24 Unit SPBG milik PGN dan Pertamina) dengan potensi kebutuhan pelanggan di seluruh Indonesia (15.5 BBTUD) yang dapat dilayani menggunakan CNG.

Layanan CNG dan penetrasi pasar retail juga memungkinkan untuk menggunakan tabung Cylinder (kapasitas 24 m3 per tabung). Proyeksi kebutuhan gasnya untuk 0,5 BBTUD, membutuhkan 1.320 tabung. Sedangkan untuk supply-chain LNG menggunakan isotank yang saat ini sudah dijalankan di Bontang oleh PT Pertagas Niaga.

“Sinergi perencanaan dengan kawasan-kawasan industri merupakan kunci optimasi pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. Pengelolaan gas PGN selama ini hampir 60 persen untuk industri. Jika upaya Quick Win PGN ini sinergis dan dapat menjadi satu orkestrasi perencanaan cetak biru stakeholder layanan gas bumi nasional, kami yakin dan berkomitmen bahwa perluasan akses gas bumi dengan menjadikan kawasan industri sebagai jangkar penyerapan gas bumi dapat melahirkan multiplier effect yang cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Hal ini juga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengembangan infrastruktur gas bumi ke depan yang tentunya akan berdampak pada keekonomian hilir gas yang diterima oleh seluruh stakeholder dan mata rantai layanan gas bumi,” tutup Anas.