LEADERSHIP QUALITIES OF MY SENIORS (PART 3)

by -73 Views

JENDERAL TNI (PURN.) AGUM GUMELAR Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan postur tubuh yang baik. Dia juga seorang atlet karismatik. Dia ramah dan sangat baik dalam mendapatkan simpati dari anggota-anggotanya, atasan, rekan-rekan, dan masyarakat umum. Pak Agum telah menguasai intelijen operasional Sandi Yudha. Dia memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang pria yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan tidak keberatan untuk mengkritik atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan kariernya. Pak Agum pernah menjadi komandan saya sebelum dia menjadi komandan KOPASSUS. Saat itu, saya adalah Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Grup 3 (Pusdikpassus). Namun, saya sudah mengenalnya sejak sebelum saya bergabung dengan militer. Dia adalah anggota keluarga dari seorang perwira KOPASSUS, Kapten Margono, yang pernah menjadi ajudan ayah saya ketika beliau menjabat sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Pak Harto pada tahun 1968. Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan postur tubuh yang baik. Dia adalah seorang atlet dan pria yang karismatik. Dia ramah dan sangat baik dalam mendapatkan simpati dari atasannya, rekan-rekan, dan masyarakat umum. Pak Agum menguasai Sandi Yudha (intelijen tempur), dan memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang pria yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan tidak ragu untuk mengkritik atasan-atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan pekerjaannya. Saya percaya bahwa mungkin saja kami memiliki banyak miskomunikasi dalam hidup kami karena ada beberapa masalah yang membuat kami tidak sependapat. Namun, secara obyektif, saya menganggap Pak Agum sebagai figur kepemimpinan yang patut dihormati bagi Indonesia. LETNAN JENDERAL TNI (PURN.) YUNUS YOSFIAH Kesan saya terhadap kepemimpinan Pak Yunus Yosfiah adalah bahwa dia selalu tenang, tidak panik, tidak pernah gugup. Gaya kepemimpinannya adalah contoh dari kendali diri. Ketika seorang komandan panik, pingsan, atau gagal bertindak dalam kontak dengan musuh, ia kehilangan otoritasnya untuk selamanya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pertukaran tembakan pertama adalah menentukan. Pak Yunus juga merupakan sosok yang teguh pada prinsipnya. Dia akan melakukan apa saja untuk mencapai kemenangan dan tidak menerima alasan apapun. Dia sangat tekun dan sangat keras kepala. Dia sering dianggap terlalu keras pada bawahannya. Sebelum dia menjadi jenderal, dia akan memeriksa langsung pasukannya, dan segala sesuatunya harus dalam kondisi baik. Siapapun yang melakukan kesalahan akan diperintahkan untuk berjalan sambil membawa beban berat atau melakukan setidaknya 18 pull-up. Memang, kehidupan di militer itu sulit. Medan perang penuh dengan kejutan, kejutan, dan ketakutan. Jika kita tidak terbiasa menghadapi kondisi seperti itu, kecenderungan untuk panik, gugup, paralisis, dan bingung sangat tinggi. Persiapan keras menyelamatkan nyawa. Pertama kali saya mengenal Pak Yunus Yosfiah adalah selama operasi di Timor Timur, di mana beliau bertugas sebagai Komandan Tim Khusus dengan sandi Nanggala 10. Tim Khusus ini dibentuk karena operasi pada bulan Desember 1975-Januari 1976 tidak berjalan secepat yang diharapkan. Jadi, dibutuhkan tim dari KOPASSUS sebagai pasukan serbu dengan mobilitas tinggi dan semangat tinggi. Pak Yunuslah yang memimpin tim ini. Setelah menyelesaikan pelatihan komando pada tanggal 20 Desember 1975, para Letnan baru angkatan 1974 dari AKABRI, termasuk saya, resmi bergabung dengan Grup 1 Para-Komando/Kopassandha. Pada tanggal 7 Desember, sementara kami masih berada di Batujajar, kami mendengar bahwa Baret Merah dan Baret Hijau dari Kopassandha dan Brigade 17 dan 18 telah terjun ke Timor Timur. Beberapa senior kami kehilangan nyawa selama penugasan tersebut. Begitu kami lulus pelatihan komando, kami langsung melapor ke Markas Kopassandha di Cijantung, Jakarta Timur. Setelah itu, kami hanya diberi jeda dua minggu. Kami mulai pada bulan Januari. Grup 1 Para-Komando kosong saat itu karena hampir semua pasukan sedang bertugas di Timor Timur. Hanya ada satu kompi siaga yang terdiri dari sisa pasukan. Pada saat itu, saya baru saja memulai sebagai Komandan Peleton (Danton). Letnan Satu Mujain menjabat sebagai Komandan Kompi (Danki). Beliau berasal dari Secapa. Beliau pernah terlibat dalam operasi Trikora – mobilisasi massa untuk merebut dan membebaskan Irian Barat – di bawah pimpinan Pak Benny Moerdani. Pak Benny mendapatkan Bintang Sakti, penghargaan tertinggi kehormatan Indonesia, untuk pengabdiannya dalam operasi Trikora. Sekitar bulan Februari, Markas men
not found.

Source link