Kawasan Industri Kaltara Ditargetkan Selesai Dalam Waktu 4 Tahun

by -235 Views

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.

SHANGHAI — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah menargetkan kawasan industri di Kalimantan Utara dapat selesai dalam empat tahun.

“Dari pertemuan dengan NDRC (National Development and Reform Commission) kita berharap satu bulan ke depan sudah bisa ‘di-groundbreaking‘, sudah dimulai konstruksinya dan saya kira dalam waktu empat tahun sudah selesai,” kata Luhut kepada ANTARA di Shanghai, Ahad (16/6/2024).

Menko Luhut melakukan kunjungan kerja ke China sejak Rabu (12/6/2024) dengan mengunjungi sejumlah kota dan daerah seperti Beijing, Jilin dan Shanghai. Ia antara lain bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kepala National Development and Reform Commission (NDRC) China Zheng Shanjie, pejabat dari Tsinghua University dan para pengusaha asal Tiongkok.

“Salah satunya di sana akan menjadi pabrik ‘petrochemical’ terbesar di Asia,” ungkap Luhut.

Dalam pertemuan dengan Kepala NDRC Zheng Shanjie, Rabu (15/6), Luhut meminta agar NDRC dapat mendukung implementasi kawasan industri Kaltara tersebut.

Kawasan industri di Kaltara tersebut juga sempat dibicarakan dalam pertemuan bilateral Presiden Joko WIdodo dan Presiden China Xi Jinping pada 27 Juli 2023. Salah satu pembahasan keduanya adalah joint call perusahaan di bidang petrokimia dan PLTA di Kaltara.

Kawasan Industri Hijau seluas sekitar 30 hektare di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) tersebut diperkirakan memiliki nilai investasi hingga 132 miliar dolar AS. Proyek itu hanya berjarak 185 km dari Ibu Kota Nusantara (IKN).

Salah satu proyek yang akan dibangun di kawasan tersebut yaitu pabrik petrokimia yang akan menjadi pabrik petrokimia terbesar di Indonesia, dengan kapasitas mencapai 4×16 juta ton per tahunnya.

Selain itu ada juga rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) alumina dengan kapasitas tiga juta ton. Masih ada rencana pendirian pabrik besi dan baja (iron and steel) dengan kapasitas lima juta ton per tahun.

Selanjutnya rencana pabrik baterai kendaraan listrik maupun pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) akan dibangun dengan kapasitas 265 Giga Watt hour (GWh). Terakhir adalah rencana pembangunan pabrik polycristalline silicon dengan kapasitas 1,4 juta ton.

Sumber: Antara (Sumber: Republika)