JAKARTA — PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), subholding PT Pertamina (Persero), dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), anak perusahaan Grup Bakrie, menyepakati inisiatif berkelanjutan dalam ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.
Pertamina NRE dan VKTR mengumumkan kemitraan strategis mereka dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia melalui e-Mobility as a Service (e-MaaS). Layanan ini untuk mendukung dekarbonisasi sektor transportasi Indonesia melalui penandatanganan joint development agreement pada Jumat (15/3/2024) dan seremoni penandatanganan di Jakarta, Selasa (26/3/2024).
“Kami sangat bangga dan optimis dengan kerja sama ini, sudah saatnya berbagai pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat,” kata CEO Pertamina NRE John Anis dilansir Antara, Rabu (27/3/2024).
Tidak hanya bicara tentang peningkatan ekonomi, menjaga lingkungan dan keberlanjutan juga menjadi hal yang juga terus Pertamina kembangkan lewat berbagai inovasi dan kerja sama strategis lainnya.
CEO VKTR Gilarsi W Setijono menyatakan, adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih dalam tahap awal. VKTR, kata dia, berkomitmen untuk menyediakan solusi pembiayaan yang memudahkan untuk memfasilitasi infrastruktur kendaraan listrik yang komprehensif, mengalihkan model capex ke model opex, dan secara signifikan berkontribusi pada ekonomi Indonesia melalui e-MaaS.
“Bersama dengan PNRE, kami siap merevolusi lanskap kendaraan listrik di Indonesia dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih hijau dan sadar lingkungan,” kata Gilarsi.
VKTR dan Pertamina NRE nantinya akan membentuk suatu joint venture (JV) atau usaha patungan yang akan menyediakan kendaraan listrik untuk kebutuhan TransJakarta atau perusahaan-perusahaan lain yang membutuhkan. Dengan menyediakan belanja modal (capex) yang memadai, nantinya TransJakarta atau perusahaan-perusahaan yang membutuhkan hanya membayar sewa atau membayar rupiah per kilometer pakai kepada JV tersebut.
Hal itu dinilai meringankan para pelanggan terutama TransJakarta yang membutuhkan armada yang besar ke depannya. Kemitraan tersebut pada tahap awal akan berfokus pada bus sebagai transportasi massal, tetapi pada akhirnya bisa berkembang ke segmen kendaraan komersial seperti truk dan kendaraan lainnya.