JAKARTA — Bank Indonesia (BI) secara resmi meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 pada hari Senin (26/2/2024). Dalam buku tersebut, ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) Indonesia pada tahun 2023 terus mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh kinerja sektor unggulan halal value chain (HVC) yang tumbuh sebesar 3,93 persen secara tahunan.
Secara keseluruhan, sektor unggulan HVC mendukung hampir 23 persen dari ekonomi nasional. Kontribusi ini berasal dari sektor pertanian, makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim.
Berdasarkan buku KEKSI 2023, sektor pertanian dan makanan halal mencatat pertumbuhan positif, didukung oleh produksi yang relatif baik dan permintaan masyarakat yang kuat.
Kinerja sektor pertanian tumbuh sebesar 1,24 persen secara tahunan pada tahun 2023, sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 1,96 persen secara tahunan.
Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja subsektor perikanan yang mengalami peningkatan produksi dan ekspor ikan tangkap serta subsektor tanaman hortikultura karena peningkatan produksi buah-buahan. Kesejahteraan petani juga cenderung meningkat, terlihat dari nilai tukar petani (NTP) yang membaik sejak awal tahun 2023, khususnya di subsektor tanaman pangan dan perkebunan rakyat.
Di sisi lain, sektor makanan dan minuman halal tumbuh kuat sebesar 4,47 persen secara tahunan pada tahun 2023, meskipun sedikit lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 4,90 persen secara tahunan.
Pertumbuhan ini didukung oleh permintaan masyarakat yang masih kuat, ekspor makanan dan minuman halal yang tetap kuat, serta pencapaian sertifikasi halal yang semakin luas, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Kinerja sektor pertanian serta makanan dan minuman halal yang positif juga didukung oleh digitalisasi perdagangan yang semakin populer di kalangan masyarakat. Transaksi makanan dan minuman halal melalui e-commerce masih berlangsung kuat, meskipun pertumbuhannya tidak secepat tahun 2022.
Berdasarkan statistik e-commerce BPS 2022/2023, meskipun transaksi offline masih mendominasi aktivitas belanja masyarakat, namun tren menuju transaksi digital semakin tidak terelakkan, terutama dalam transaksi makanan dan minuman melalui e-commerce.
Secara eksternal, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus meskipun ketidakpastian global semakin meningkat. Realisasi ekspor dan impor makanan dan minuman halal hingga November 2023 mencapai 40,5 miliar dolar AS dan 22,5 miliar dolar AS, sehingga masih terdapat surplus ekspor sebesar 18 miliar dolar AS.
Meskipun begitu, realisasi kinerja tersebut tidak sekuat periode yang sama pada tahun 2022, terutama karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina dan ekskalasi aneksasi Israel terhadap Palestina.
Menurunnya ekspor makanan dan minuman halal terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor minyak kelapa sawit, termasuk CPO, minyak goreng, shortening, dan produk turunan dari kelapa sawit.
Net ekspor Indonesia dengan negara anggota OKI hingga November 2023 masih mencatat surplus, meskipun kinerjanya tidak sekuat periode yang sama tahun sebelumnya. Komoditas utama ekspor Indonesia ke negara OKI adalah produk lemak dan minyak hewani atau nabati dan produk turunannya, serta lemak siap saji yang dapat dimakan.
Sementara itu, impor utama Indonesia masih didominasi oleh produk bahan bakar mineral, minyak mineral, dan produk penyulingannya. Pangsa ekspor dan impor Indonesia terhadap negara OKI tetap relatif stabil, sekitar 12 persen dan enam persen, sama seperti pada tahun 2022.