CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Pilihan Terbaik

by -93 Views

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan bahwa pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan bahwa kemenangan tersebut dapat diraih dalam satu putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menganalisis bahwa kemenangan tersebut sebenarnya sudah diprediksi berdasarkan tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat jelang Pemilu 2024. Ia juga menyatakan bahwa keunggulan pasangan tersebut terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count beberapa lembaga survei menguatkan kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka dengan persentase sekitar 57-58 persen,” kata Arya dalam keterangannya, Rabu (21/2).

Tidak hanya memenangkan Pilpres, Arya juga menyebut bahwa hasil yang diraih oleh keduanya merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan capres-cawapres di masa lalu.

“Dengan hasil tersebut, hampir dipastikan bahwa pemilu presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil melampaui capaian Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2019 yang sebesar 55,50%,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari quick count oleh CSIS dan Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir memimpin di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, dukungan untuk pasangan dari Koalisi Indonesia Maju juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan lainnya. Arya menyebut bahwa capaian ini memenuhi syarat kemenangan dalam Pilpres sesuai dengan Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk adanya split-ticket voting dari pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi ini tentu menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang turut menyumbang kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan situasi ekonomi yang dinilai baik. Arya menyebut bahwa masyarakat melihat hal ini dari peningkatan alokasi anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1% masyarakat percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga didukung oleh perubahan strategi tim kampanye yang menggunakan platform TikTok serta melibatkan influencer berpengaruh. Konten-konten Prabowo yang diunggah di TikTok selalu menjadi viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meski demikian, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal berdasarkan hasil survei sejak November 2023. Ia menyatakan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan lain harus berpikir strategis, bahkan menekankan narasi pemilu berjalan lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang tinggi, menjadi sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meroket. Hal yang masih dapat dilakukan oleh paslon lain saat itu hanyalah ‘memaksa’ agar pemilu presiden bisa berlangsung dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, melalui Arya, menganalisis bahwa paslon 01 dan 03, Anies – Muhaimin dan Ganjar-Mahfud, juga melancarkan strategi yang berbeda menjelang akhir masa kampanye untuk mempengaruhi sikap pemilih.

“Anies Baswedan memilih untuk mengurangi ‘serangan’ pada debat terakhir calon presiden. Sementara itu, Ganjar justru semakin agresif dalam menyerang,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 melengkapi proses demokrasi yang sudah berlangsung sejak reformasi 1998. Ini artinya, setelah enam kali pemilu, Indonesia masih memilih demokrasi sebagai langkah terbaik dalam menghadapi masalah nasional dan internasional ke depan.

“Dalam setiap pemilu, kita melihat kekuasaan naik dan turun. Perubahan politik terjadi begitu cepat sehingga kita harus segera beradaptasi. Demokrasi, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tetap menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin berat. Kita membutuhkan seorang pemimpin yang demokratis untuk mengelola lebih dari 270 juta penduduk Indonesia dan menghadapi tantangan domestik dan global di masa depan. Kita membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman,” pungkas Arya. (SENOPATI)

Source link