Penjelasan MTI Mengenai Penggunaan Sistem Sinyal Blok Mekanik di Stasiun Cicalengka

by -100 Views

JAKARTA — Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, mengatakan bahwa ruas jalan antara Stasiun Haurpugur–Stasiun Cicalengka, Jawa Barat, yang menjadi lokasi tabrakan antara KA Turangga dan Commuter Line Bandung Raya dikenal sebagai jalur kereta api tunggal (single track). Hal ini menyebabkan perjalanan kereta api dua arah harus berjalan bergantian.

Djoko mengatakan bahwa pembangunan jalur ganda (double track) tengah dikerjakan oleh Balai Perkeretaapian Jawa Barat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. “Pembangunan jalur ganda ini ditargetkan selesai pada tahun 2024, sehingga pengerjaan jalur ganda belum rampung,” ujar Djoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (7/1/2023).

Djoko juga menyampaikan bahwa lintasan ini tergolong ramai. Dalam keseharian, dilintasi 60 commuter line dan 22 KA jarak jauh. Di masa Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 ada penambahan empat perjalanan KA jarak jauh, sehingga total 26 KA jarak jauh melintas setiap hari.

“Dalam hal yang paling penting yaitu keselamatan,” ucap Djoko.

Djoko juga mengatakan bahwa sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya.

“Makanya, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini,” ucap akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata tersebut.

Di jalur rel tunggal, sambung Djoko, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan bahwa petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Karena jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda. Oleh sebab itu, lanjut Djoko, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas.

Menurut Djoko, data dari Balai Teknik Perkeretapian (BTP) Jawa Barat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan juga merencanakan pengerjaan jalur ganda pada pelintasan tersebut. Proyek ini menjadi bagian dari upaya peningkatan jumlah jalur kereta api di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.

Djoko menjelaskan bahwa proyek rel ganda tersebut membentang sejauh 23 kilometer dan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap I terbentang mulai dari Gedebage-Cimekar-Rancaekek-Haurpugur sejauh 14 kilometer dan tahap II sepanjang 9 kilometer yang terbagi dua rute, yakni dari Kiaracondong-Gedebage dan Haurpugur-Cicalengka.

“Pengerjaan proyek ini dilakukan tahun jamak. Sayangnya, belum usai proyek ini terwujud, rute Haurpugur-Cicalengka telah menelan jatuhnya korban akibat tabrakan antar KA,” lanjut Djoko.

Djoko juga menyebut bahwa pengerjaan rel ganda Padalarang – Bandung – Cicalengka merupakan upaya peningkatan kapasitas lintas sebagai persiapan pendukung rencana elektrifikasi jalur KA antara Padalarang – Cicalengka dengan menata emplasemen stasiun dan pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi, serta penanganan perlintasan sebidang sebanyak 12 lokasi.

Lebar jalan rel yang digunakan 1.067 mm, jenis rel R-54, gradien maksimum 10 permil, radius minimum 800 meter, jembatan bentang lebih 10 meter sebanyak 12 unit dan menggunakan metode konstruksi timbunan dan galian.