Kepemimpinan Mayor Jenderal TNI (Purn) I Ketut Wirdhana

by -104 Views

Saya mengenal Pak Ketut Wirdana saat beliau menjadi komandan Brigade saya. Beliau adalah Komandan Brigade Infanteri 17/KOSTRAD dengan pangkat Kolonel. Beliau lulusan Akmil tahun 1966 dan mantan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 502, salah satu Batalyon terbaik TNI. Beliau dikenal sebagai orang lapangan.

Sebagai komandan lapangan, beliau sangat percaya diri, santai, humoris, tidak terlalu formal, dan dekat dengan anak buah. Saya ingat suatu saat beliau berkunjung ke batalyon saya di Cilodong tepat pukul 12.00 WIB siang.

Kami berbincang-bincang di kantor saya sampai waktu apel siang pukul 13.45 WIB. Ketika trompet apel siang berbunyi, sampai pukul 14.00 WIB, beliau melihat lapangan dan melihat bahwa tidak ada pasukan yang melaksanakan apel siang. Beliau bertanya apakah kompi saya tidak melaksanakan apel siang.

Saya menjelaskan bahwa saya membebaskan apel siang kepada anak buah dengan pertimbangan bahwa mereka telah melaksanakan kegiatan fisik seperti latihan cross country, latihan taktik, dan latihan menembak. Saya ingin memberikan waktu dan tindakan yang efisien kepada anak buah.

Saya juga menjelaskan bahwa sebentar lagi, tepatnya pukul 15.50 WIB, pasukan saya akan melaksanakan kegiatan sore yang berbeda-beda. Tidak ada satupun yang tidak memiliki kegiatan pada jam tersebut.

Saya sampaikan kepada beliau bahwa dengan memberikan waktu tambahan kepada prajurit, mereka segar kembali, stamina pulih sehingga mereka semakin giat menjalankan latihan. Hampir setiap kejuaraan, batalyon saya menang. Demikian juga setiap operasi, selalu unggul.

Berdasarkan buku yang saya baca dan pengalaman, seorang prajurit pasukan tempur paling tidak suka bertele-tele. Mereka ingin menerapkan efisiensi waktu dan tenaga. Mereka juga tidak senang komandan berbicara terlalu lama.

Karena itu, saya biasanya kumpulkan mereka di ruangan atau di bawah pohon yang teduh dalam keadaan duduk. Saya juga tidak suka memimpin upacara lama-lama. Karena saya bukan mau memberikan sesanti saja. Tapi bagaimana praktik di lapangan.

Dalam akhirnya, saya menyimpulkan bahwa prajurit yang bersemangat, berprestasi, dan berdedikasi kepada kesatuan, pimpinan, negara itu tidak memiliki banyak permintaan. Mereka hanya ingin dihormati dan tidak ingin waktu disia-siakan.

Pak Ketut puas dengan penjelasan saya. Dia telah diberitahu bahwa saya terlalu lemah dengan anak buah saya. Dia termasuk di antara mereka yang mempertanyakan kebijakan saya. Namun, setelah memahami situasi dan mendengar secara langsung dari saya, dia bisa mengerti mengapa saya melakukannya.

Ia membiarkan saya melanjutkan kebijakan mengizinkan pasukan saya untuk punya lebih banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Bagi saya, merawat peralatan militer dan kebutuhan pribadi lainnya sangat penting bagi mereka. Juga kebutuhan akan tidur siang – telah dibuktikan oleh banyak ahli di seluruh dunia, tidur siang dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, semangat kerja yang lebih tinggi, dan kinerja yang lebih baik. Itu sebabnya saya melanjutkan kebijakan saya, dan Pak Ketut mendukung saya sepenuhnya. Meski banyak saingan saya yang mempertanyakan, Pak Ketut tidak pernah lagi mempertanyakan kebijakan saya.

Karena itulah saya terkesan dengan Pak Ketut. Beliau merupakan komandan yang bijaksana. Beliau bersedia mendengar penjelasan dan mengayomi anak buah. Karena memang kebijakan yang diambil anak buah tersebut masuk akal.

Memang banyak orang yang menjelekkan saya. Bagi saya hal itu biasa. Karena setiap orang ingin membuat inovasi, pasti banyak yang menentang. Itu pengalaman hidup saya. Tapi saya bersyukur selalu dilindungi komandan-komandan yang baik, salah satunya Pak Ketut.

Source link