Prabowo Subianto adalah seorang Letnan Jenderal TNI (Purn) yang memiliki pengalaman dalam kepemimpinan militer. Ia pertama kali bertemu dengan Pak Yogie Suardi Memet setelah lulus dari latihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus), Batujajar dengan pangkat Letnan Dua. Setelah lulus, Prabowo melaksanakan Korps Lapor terhadap Koman- dan Kopassandha saat itu, Brigjen TNI Yogie Suardi Memet.
Pak Yogie Suardi Memet terkesan dengan perawakannya yang tidak terlalu tinggi namun sangat rapi dan menarik. Beliau juga terkenal relijius, rajin ke masjid, dan menjadi sosok yang memulai menghentikan “kehidupan nakal” di kalangan pasukan tempur Korps Baret Merah. Prabowo juga menerima nilai-nilai yang penting dari generasi ’45, seperti kecintaan terhadap tanah air dan kepercayaan diri karena berhasil mengusir penjajah.
Pak Yogie S. Memet dikenal sebagai mantan Danyon 330 Kujang I Siliwangi yang berhasil menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi penumpasan gerakan DI/TII di bawah kendali Pangdam Hasanuddin. Ia bukan lulusan akademi karena pada saat Indonesia baru merdeka, belum ada akademi militer. Ia lulusan P3AD, lembaga pendidikan perwira pertama angkatan darat.
Prabowo melihat Pak Yogie S. Memet sebagai contoh teladan, yang selalu memberikan hal-hal keteladanan seperti meminta untuk selalu menghormati kedua orang tua dan tidak memperkenankan istrinya untuk duduk di depan saat naik mobil dinas, karena menurutnya mobil dinas Komandan Kopassus bukan untuk mobil istri komandan.
Sumber: Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto