Ketika Seluruh Dunia Setuju untuk Memboikot Israel

by -127 Views

JAKARTA – Agresi Israel terhadap Palestina pada 2023 bisa dikatakan sebagai yang paling kejam yang pernah ada di bumi. Dimulai dari pendudukan Israel dan pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka, banyak jejak yang layak dijadikan pelajaran dan perjuangan tiada henti.

Agresi militer Israel terhadap Palestina tersebut mendapatkan perlawanan dari Jakarta hingga San Francisco. Ratusan ribu orang turun ke jalan selama dua bulan terakhir untuk memprotes serangan Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 19 ribu orang.

Berdasarkan data dari organisasi non-pemerintah yang menangani pengumpulan data konflik sejak 7 Oktober hingga 24 November 2023, sebanyak 7.283 aksi protes pro-Palestina terjadi di lebih dari 118 negara dan wilayah. Selain aksi protes, banyak juga yang memilih untuk menyampaikan kecamannya dengan melakukan boikot produk dan layanan yang mendukung Israel.

Aksi boikot produk ini melahirkan gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) yang didukung oleh koalisi kelompok masyarakat sipil Palestina pada 2005 lalu. Gerakan ini bertujuan untuk menantang dukungan internasional terhadap apa yang mereka sebut sebagai apartheid Israel dan kolonialisme pemukim di mana penjajah menggantikan komunitas pribumi dan menjunjung tinggi prinsip bahwa “Warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.”

Perlawanan terhadap Israel juga disuarakan oleh para mahasiswa Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat (AS). Pada 12 Oktober 2023, ratusan mahasiswa melakukan unjuk rasa menentang tindakan Israel yang melakukan pemboman di Gaza, Palestina.

Mateescu (25 tahun) adalah generasi pertama Amerika keturunan Rumania yang memimpin kelompok mahasiswa Apartheid Divest Universitas Columbia, sebuah koalisi yang terdiri dari sekitar 80 organisasi mahasiswa yang melihat Palestina sebagai garda depan pembebasan kolektif kaum marjinal. Menurutnya, selama ini kampusnya tersebut tidak mendengarkan suara mahasiswa yang menyerukan divestasi kampus Columbia di Tel Aviv, yang tidak dapat dihadiri oleh warga Palestina dan Arab. Selain protes di dalam dan di luar kampus, anggota komunitas juga membuat pilihan konsumen terkait dengan apa yang mereka yakini.

Tak hanya di AS, sekelompok mahasiswa di Universitas York, Inggris juga mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran tentang peristiwa di Palestina. Para mahasiswa yang meminta identitas mereka dirahasiakan karena adanya reaksi negatif terhadap mereka yang secara terbuka mendukung Palestina.

Salah satu langkah yang ia ambil adalah melakukan tindakan kecil dengan tidak membeli kopi di gerai kopi tertentu yang terbukti mendukung zionis Israel. Menurutnya, langkah kecil tersebut sangat mudah untuk memastikan bahwa ada lebih sedikit uang yang disalurkan untuk kekerasan.