Marak Bunuh Diri di Malang, Psikolog RSJ Lawang: Mereka Butuh Support System
Info Grafis Kasus Bunuh Diri di Kabupaten Malang Selama Kurun Waktu 3 Tahun Terakhir. (Sumber Data/ Ilustrasi : Satreskrim Polres Malang/ Aditya Mahatva Yodha)
SUARA INDONESIA, MALANG – Pemberitaan kasus bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri, telah menjadi isu hangat di tengah masyarakat, khususnya warga Malang, Jawa Timur.
Terbaru kasus mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) yang loncat dari Lantai 12 Gedung Fakultas Ilmu Komputer, Kamis 14 Desember 2023. Kedua, kasus pria ditemukan gantung diri di Kebun Jeruk Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Sabtu 16 Desember 2023.
Satreskrim Polres Malang mencatat, selama kurun waktu Januari 2021 hingga 2023, ada sebanyak 43 kasus bunuh diri. Dalam tiga tahun terakhir, kasus bunuh diri di Kabupaten Malang, yang ditangani Polres Malang, didominasi usia dewasa.
“Ada 16 kasus di tahun 2021, 22 kasus di tahun 2022, dan 5 kasus di tahun 2023. Usia mayoritas korban pada kisaran 41 sampai 50 tahun,” ujar Kaurbinopsnal Satreskrim Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik, Minggu (17/12/2023).
Psikolog RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Kabupaten Malang, Daisy Prawitasari Poegoeh mengungkapkan, untuk mencegah kejadian bunuh diri, diperlukan support system dari orang terdekat.
“Karena biasanya kasus bunuh diri didominasi karena depresi dan tidak ada tempat bercerita. Karena itu, orang terdekat punya peran penting sebagai support system, untuk memberikan dukungan pada orang yang punya tendensi bunuh diri,” sebutnya.
Apalagi mayoritas orang yang mengalami depresi, tambah Daisy, akan sulit menerima masukan terkait kesehatan mental. Di sinilah dibutuhkan peran orang terdekat, untuk memberikan pemahaman dengan pendekatan emosional. “Agar orang tersebut bisa keluar dari depresinya,” pungkas Daisy. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta: Aditya Mahatva Yodha
Editor: Mahrus Sholih