Zara, seorang raksasa fesyen asal Spanyol, tengah menghadapi ancaman boikot setelah kampanye fesyen terbarunya, “ZARA ATELIER Collection 04_The Jacket”, yang telah dikecam secara luas karena penggambarannya yang tidak sensitif terhadap gambaran genosida yang tengah terjadi di Gaza.
Kampanye yang seharusnya menampilkan keserbagunaan desain jaket malah menjadi simbol ketidakpekaan perusahaan terhadap genosida yang sedang berlangsung di Gaza. Visual promosinya memiliki kemiripan yang jelas dengan gambaran kematian dan duka yang sudah tidak asing lagi bagi siapa pun yang telah mengikuti gambar-gambar mengerikan yang muncul di Strip.
Gambaran jenazah yang dibungkus dengan kain putih, identik dengan kain kafan tradisional Muslim, serta desain interior yang dipenuhi puing-puing dan potongan karton, yang mengingatkan pada peta Palestina, dianggap sangat mengejutkan oleh banyak orang.
Kampanye ini secara jelas meremehkan kematian dan penderitaan warga Palestina, yang telah menyebabkan semakin banyak suara yang menyerukan boikot terhadap Zara. Banyak yang percaya bahwa merek fesyen tersebut, dalam upaya pemasarannya yang unik, telah melewati batas dan bersikap tidak hormat dan tidak peka.
Reaksi di media sosial sangat cepat dan parah. Banyak pengguna mengkritik Zara dan menuntut klarifikasi serta permintaan maaf atas simbolisme yang digunakan dalam kampanye tersebut.
Sentimen serupa juga disampaikan oleh orang lain, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak asing dengan sikap pro-Israel.
Tagar dan kampanye media sosial bukan sekadar seruan untuk memboikot merek tersebut, namun juga merupakan cerminan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap cara perusahaan multinasional memilih memihak penindas.
Zara sudah tidak asing lagi dengan seruan boikot. Kesepakatan merek tersebut di masa lalu, khususnya hubungannya dengan tokoh kontroversial Israel, sebelumnya telah memicu reaksi keras. Boikot Zara tahun lalu juga disebabkan oleh keterlibatan tokoh kontroversial di Israel yang dianggap mendukung tindakan anti-Palestina.
Dalam kontroversi terkait kampanye fesyen terbarunya, warga Palestina memulai kampanye online, menyerukan boikot terhadap produk Zara. Media sosial segera dibanjiri dengan video warga Palestina yang membakar pakaian Zara sebagai isyarat simbolis untuk menolak apa yang mereka sebut sebagai “perusahaan rasis”. Sinisme publik tertuju pada Zara, mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap cara perusahaan multinasional memilih memihak penindas.
Kampanye fesyen Zara, yang telah menuai kontroversi, memicu persepsi negatif dari banyak pihak. Memboikot Zara bukan hanya sekedar unjuk kekuatan, namun juga merupakan pernyataan moral dan sikap menentang ketidakadilan.