Pemberdayaan BRI Mendorong Pertumbuhan Klaster Perajin Batu Paras Taro di Bali

by -163 Views

DENPASAR – Deru mesin grinder dan alat saling bertukar tampar sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Bali. Ya, sebagian besar penduduk desa tersebut bekerja sebagai perajin batu paras taro. Para perajin ini bergabung dalam sebuah kelompok usaha yang dikenal sebagai Klaster Usaha Paras Taro.

Banjar Belong memang dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam kerajinan paras taro. Di kelompok usaha ini, I Wayan Parnata telah bertahun-tahun menjadi ketua dan membantu berbagai kebutuhan untuk kemajuan usaha yang banyak dijalankan oleh warga setempat.

Dukungan juga datang dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang sangat membantu kemajuan usaha para anggota dalam memperluas bisnis mereka. Dukungan dari BRI berupa akses layanan keuangan, pembinaan, hingga bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha.

Di atas lahan pribadinya, sehari-hari Wayan bekerja dengan mesin grinder dan berbagai peralatan lainnya untuk menyelesaikan pesanan pelinggih atau produk kerajinan lainnya dari pelanggan. “Awalnya kami membuat kerajinan pelinggih di Bali sekitar tahun 2000-an. Lalu kerajinan ini mulai populer di tahun 2010,” ceritanya.

Ia mengungkapkan bahwa saat awal menjalankan usaha, kesulitan yang dihadapi adalah dalam pemilihan material. “Kami mengalami kesulitan karena harus mencocokkan material yang dapat digunakan. Jadi sering mencoba-coba untuk melihat hasilnya. Lalu sekitar tahun 2010, kami menemukan material yang cocok, yaitu tanah liat hitam yang kualitasnya ternyata lebih baik. Akhirnya kita menggunakan bahan itu sampai sekarang,” jelas Wayan dalam siaran pers.

Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan berhubungan dengan tempat peribadatan masyarakat Hindu. Beberapa produk mereka seperti candi, angkul-angkul, tembok, hingga pelinggih. Keunggulan dari klaster usaha ini adalah produk yang dihasilkan dapat menggunakan berbagai motif sesuai dengan permintaan pembeli.

Ternyata, pemasaran produk mereka tidak hanya terbatas di wilayah Bali saja. “Pemasaran saya sudah mencapai Jakarta, Bogor, hingga Lombok. Ada juga yang sampai Lampung dan kota di Sumatera lainnya,” ungkap Wayan.

Wayan menambahkan bahwa klaster usahanya dikenal melalui mulut ke mulut. Selain itu, banyak anggota yang melakukan promosi di media sosial dan memiliki toko online sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Dukungan BRI untuk mengembangkan usaha
Klaster Usaha Paras Taro adalah salah satu kelompok usaha UMKM yang mendapatkan pendampingan dari BRI. Berawal dari kebutuhan modal, Wayan dan klaster usaha tersebut mendapatkan pendampingan usaha.

“Pendampingan BRI dimulai sekitar tahun 2018. Awalnya saya terkendala modal usaha untuk memperluas bisnis saya, lalu ada Mantri BRI yang mengajukan usaha saya ke Program Klaster Usaha,” kata Wayan.

Bantuan yang diberikan oleh BRI berupa pembinaan serta bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha. Wayan menyatakan bahwa klaster usahanya telah berkembang jauh lebih baik. Jika dulu di awal berdiri hanya 10 orang, kini anggotanya sudah jauh lebih banyak. Bahkan, sekitar 50% warga Banjar Belong menjalankan usaha ini.

“Dampaknya sangat membantu perekonomian warga di Desa Banjar Belong. Mungkin sejak 2010, sudah terjadi peningkatan penghasilan sekitar 75 persen. Meskipun penghasilan perajin tidak tetap, namun mereka bisa mendapatkan penghasilan setiap bulan. Perajin juga musiman. Pada momen-momen seperti Purnama Kadasa dan Purnama Kapat di Bali, pesanan pelinggih meningkat sehingga kita bisa mendapatkan penghasilan lebih,” jelasnya.

Sebagai ketua klaster sejak awal berdiri, Wayan berharap usahanya dapat terus berkembang. “Harapannya adalah klaster usaha ini semakin maju dan semoga bisa mendapatkan permodalan dengan agunan rendah dari BRI, sehingga bisa membantu memperluas usaha,” ujarnya.