PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) terus mendorong pembangunan dan penerapan bisnis berkelanjutan untuk menjadi pemimpin industri petrokimia di Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Momentum perusahaan yang berusia 46 tahun pada Desember mendatang menjadi tanda bahwa Pupuk Kaltim terus berinovasi.
Sekretaris Perusahaan PKT, Teguh Ismartono, menyatakan bahwa PKT, sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, telah melakukan berbagai langkah bisnis dengan menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) pada tahun 2023.
Sejak didirikan pada tahun 1977, PKT telah berhasil mengembangkan 13 pabrik, termasuk lima pabrik Amoniak berkapasitas 2,74 juta ton per tahun, lima pabrik Urea berkapasitas 3,43 juta ton per tahun, dan tiga pabrik NPK berkapasitas 300 ribu ton per tahun. PKT juga akan memulai pembangunan pabrik soda ash dengan kapasitas 300 ribu MTPY di Bontang, Kalimantan Timur.
Pada akhir tahun ini, PKT beserta anak perusahaannya, PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN), akan meresmikan pembangunan pabrik Amonium Nitrat berkapasitas 75 ribu MTPY di Kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate (KIE). Selain itu, PKT juga sedang memulai pembangunan Kawasan Industri Terpadu di Fak-fak, Papua Barat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
PKT juga telah memiliki berbagai inisiatif untuk mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 dan menurunkan emisi karbon hingga 32 persen di tahun 2030. Selain itu, PKT juga berfokus pada inovasi program berkelanjutan bagi lingkungan hidup dan pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat.
Dalam hal pemberdayaan masyarakat, PKT terus berupaya meningkatkan kemandirian para petani melalui inovasi program Makmur yang digagas sejak 2020. Dengan berbagai upaya ini, PKT optimis dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Indonesia.