PTPN Group melalui pembentukan PalmCo mendapat apresiasi karena dapat lebih cepat merespons dan beradaptasi dengan kebijakan Pemerintah untuk program hilirisasi pengelolaan sumber daya alam dari perkebunan di masa mendatang.
Ujang Sehabudin, seorang ekonom dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, menyatakan bahwa bisnis sawit yang dilakukan PTPN Group selama ini belum terintegrasi dari hulu-hilir atau masih bersifat parsial.
Kesimpulannya, ini menjadi kendala bagi PTPN Group dalam merespons dan beradaptasi dengan kebijakan Pemerintah maupun kondisi pasar yang bergerak begitu cepat dan dinamis, terutama soal hilirisasi.
Untuk mengatasi hal ini, Ujang Sehabudin mengapresiasi rencana transformasi yang dilakukan BUMN perkebunan dengan merampingkan organisasi yang sebelumnya gemuk menjadi sebuah sub holding yang terintegrasi.
Menurut Ujang Sehabudin, pembentukan PalmCo diarahkan untuk menjadi terintegrasi, sehingga rantai nilai yang diperoleh bisa menjadi lebih besar. Struktur organisasi PalmCo yang sebelumnya gemuk akan dirampingkan, mindset harus diubah dari orientasi pelayanan menjadi orientasi bisnis yang terintegrasi.
Pembentukan PalmCo diharapkan dapat melakukan efisiensi dari semua aspek, terutama aspek manajemen dan operasional. Selain itu, pembentukan PalmCo juga bertujuan untuk meningkatkan skala usaha perkebunan sawit, sehingga secara teori akan mendapatkan economies of scale.
Lebih jauh, Ujang Sehabudin menilai bahwa PalmCo dapat mengoptimalkan potensi PTPN Group yang selama ini belum tergarap. Antara lain, PalmCo dapat mengelola hilirisasi produk turunan sawit yang selama ini belum dikembangkan karena PTPN Group masih terfokus pada minyak goreng, sementara produk turunan lainnya belum disentuh dengan serius.
Selain itu, dia juga menilai bahwa Pemerintah harus memberikan insentif bagi perusahaan yang mengembangkan produk turunan sawit, selain minyak goreng, misalnya dalam bentuk pengurangan atau pembebasan pajak ekspor atau bunga rendah untuk investasi.
Meski demikian, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh PalmCo, antara lain perubahan mindset manajemen dan karyawan, orientasi produksi dan orientasi bisnis/pasar, serta kemampuan bernegosiasi di tingkat internasional terkait isu lingkungan.
Pemerintah dan pelaku usaha sawit harus bersinergi dalam merespon isu lingkungan dan mengubah perilaku pelaku usaha atau perusahaan sawit yang selama ini berorientasi jangka pendek.