Boikot terhadap produk makanan dan minuman yang mendukung Israel terus berlanjut di Indonesia. Gerakan ini semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan, terutama dalam menurunkan saham-saham perusahaan yang mendukung Israel, membuat toko-toko retail semakin sepi, dan mengakibatkan usaha kecil menengah yang menghentikan produksi dengan menggunakan produk pro-Israel. Dampaknya juga terlihat pada pergeseran permintaan produk lokal yang semakin tinggi.
Sebagai contoh, perusahaan minuman berkarbonasi tertua di Mesir, Spiro Spathis, mengalami peningkatan penjualan yang signifikan. Perusahaan ini telah ada sejak 1920 dan telah menjadi bagian dari kehidupan generasi Mesir. Mereka meluncurkan kampanye nasional untuk memboikot produsen-produsen Barat yang mendukung Israel, dan hasilnya adalah peningkatan permintaan produk mereka hingga tiga kali lipat dalam sebulan terakhir.
Dampak dari boikot juga terlihat pada pemilik toko kelontong di Provinsi Sharqia, Mohammed. Dia mengaku bahwa permintaan terhadap produk Spiro Spathis meningkat secara signifikan setelah boikot. Hal yang sama juga dirasakan oleh Kepala Pemasaran Spiro Spathis, Morcus Talaat, yang mengatakan bahwa permintaan produk mereka naik tiga kali lipat dalam sebulan terakhir.
Di Indonesia, aksi boikot terhadap perusahaan-perusahaan pro-Israel juga semakin berkembang. Konsumen mulai memboikot McDonald’s dan bisnis lainnya setelah McDonald’s Israel mengumumkan bahwa mereka telah membagikan ribuan makanan gratis kepada militer Israel selama perang di Gaza. Hal ini juga menyebabkan cabang-cabang restoran dan toko pro-Israel di Indonesia kosong, karena konsumen mulai beralih kepada produk lokal atau yang tidak mendukung Israel.
Pada akhirnya, boikot terhadap produk makanan dan minuman yang mendukung Israel telah menunjukkan dampak yang signifikan, baik di Mesir maupun di Indonesia, dan menunjukkan solidaritas masyarakat terhadap Palestina.