JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan bahwa kinerja perbankan syariah diproyeksikan masih berada di atas perbankan nasional.
Dengan demikian, industri perbankan syariah masih memiliki peluang tumbuh progresif di tengah tantangan ketatnya likuiditas. Untuk tahun depan, ia memprediksi pertumbuhan perbankan nasional sebesar 8-10 persen year on year (yoy) untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) dan 9-11 persen yoy untuk pembiayaan.
“Pada tahun depan, BSI optimis bahwa perekonomian akan tetap tumbuh positif di atas lima persen. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan peran perbankan syariah dalam proyek-proyek strategis nasional, seperti hilirisasi dan pendalaman pasar keuangan,” ujar Banjaran dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2024, yang diselenggarakan pada Jumat (17/11/2023) di Kantor Pusat BSI Gedung The Tower, Jakarta.
Banjaran melanjutkan, saat ini tingkat pertumbuhan ekonomi global terlihat masih akan melambat. Salah satu faktornya adalah kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Selain itu, suku bunga acuan bank juga masih dijaga tinggi sejak 2023.
Namun, Banjaran menilai bahwa kondisi inflasi global justru semakin terkendali, meskipun masih ada risiko kenaikan harga komoditas yang didorong oleh ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina. Selain itu, terdapat risiko dari perubahan iklim dan gangguan cuaca El Nino yang berpotensi menghambat produksi pangan hingga paruh awal 2024.
Hal ini diperkirakan akan membuat pelonggaran suku bunga acuan dilakukan pada semester kedua 2024. Sementara itu, terdapat risiko dari meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat dinamika politik dari pemilihan presiden AS.
Meskipun demikian, ia optimis bahwa perekonomian nasional masih akan melanjutkan pertumbuhan positif di kisaran 5-6 persen sebagaimana yang terjadi selama 2023 ini.
“Di tengah ketidakpastian global, BSI optimistis bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif di atas lima persen pada tahun depan. Tingkat konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tumbuh kuat,” kata Banjaran.
Menurutnya, tingkat konsumsi untuk tahun 2024 diprediksi masih akan bertahan tinggi, dengan kondisi suplai dari manufaktur yang konsisten berada di zona ekspansif (PMI Manufacture >50). Hal ini menandakan keyakinan konsumen yang terjaga. Salah satu pendorongnya adalah aktivitas pemilu yang memacu roda perekonomian karena meningkatkan belanja domestik.
Seluruh lapangan usaha diprediksi akan tumbuh positif pada 2024, didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga. BSI pun optimis bahwa perbankan nasional dapat mencapai pertumbuhan DPK sebesar 7,65 persen yoy dan pembiayaan sebesar 8,39 persen yoy hingga akhir tahun ini.