Pengaruh Beras dalam Tiga Bulan Terakhir Mendominasi Kenaikan Inflasi

by -216 Views

Keluhan mengenai kenaikan harga beras mulai timbul dari masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi pada bulan Oktober 2023 mencapai 0,17 persen secara bulanan. Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa beras berkontribusi sebesar 0,06 persen terhadap inflasi bulan Oktober 2023.

“Pasar beras memiliki bobot besar dalam perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Jika terjadi kenaikan harga beras, hal ini akan berdampak signifikan pada inflasi,” kata Pudji dalam konferensi pers pada Rabu (1/11/2023).

Pudji juga menyebutkan bahwa harga beras merupakan komoditas pokok yang sifatnya inelastis. Dia menjelaskan bahwa kenaikan harga beras tidak serta merta menurunkan konsumsinya atau menggantikannya dengan bahan pangan lain.

Berdasarkan data BPS, inflasi beras masih terjadi di 87 kota pada bulan Oktober 2023. Beras juga menjadi penyumbang inflasi terbesar selama tiga bulan berturut-turut dari Agustus hingga Oktober 2023. Pada bulan Oktober 2023, inflasi beras mencapai 1,72 persen dengan kontribusi sebesar 0,06 persen. Secara kumulatif selama tahun 2023, beras juga menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kontribusi sebesar 0,49 persen secara year to date.

Selama bulan Oktober 2023, survei harga produsen beras di penggilingan dilakukan pada 856 perusahaan penggilingan di 31 provinsi. Dari survei tersebut, diperoleh 1.069 observasi harga beras di penggilingan.

Rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan pada bulan Oktober 2023 adalah Rp 13.372 per kilogram. “Harga ini naik sebesar 3,65 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” ungkap Pudji.

Sementara itu, harga beras kualitas medium di penggilingan adalah Rp 13.012 per kilogram, atau naik sebesar 2,57 persen. Sedangkan harga rata-rata beras luar kualitas di penggilingan adalah Rp 12.381 per kilogram, atau naik sebesar 5,41 persen.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, mengatakan perlunya mewaspadai potensi inflasi pangan. Faisal menjelaskan bahwa hal ini disebabkan terjadinya penurunan stok pangan, terutama setelah panen gadu pada September 2023.

“Walaupun kenaikan harga beras belum signifikan, namun ada kecenderungan inflasi pangan akan semakin tinggi dalam bulan-bulan mendatang,” ujar Faisal.

Faisal menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan saat ini juga terjadi penurunan produksi dan stok pangan. Biasanya, menjelang Natal dan Tahun Baru, inflasi cenderung meningkat. “Hal ini sejalan dengan berakhirnya musim panen gadu dan masuknya musim panen raya pada bulan Februari 2024,” jelasnya.

Faisal juga menuturkan bahwa selama periode tersebut, stok pangan relatif berkurang dan harga cenderung meningkat. Selain itu, ada juga kekhawatiran terhadap faktor iklim, seperti El Nino.

Sumber: Republika