Penambahan Bantuan Beras oleh NFA sebagai Upaya Antisipasi Dampak El Nino

by -154 Views

Badan Pangan Nasional (NFA) bekerja sama dengan Bulog telah menyiapkan bantuan tambahan pangan berupa beras untuk akhir 2023 dan awal 2024, guna membantu masyarakat menghadapi dampak El Nino. Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan bantuan pangan beras tahap kedua hingga Desember, pihaknya akan segera mempersiapkannya.

Perpanjangan waktu penyaluran bantuan yang awalnya hanya sampai Desember 2023, kini diperpanjang hingga Maret 2024. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga beras, terutama mengingat dampak El Nino yang masih berlangsung sejak September hingga Oktober 2023 dan masih berpotensi dirasakan masyarakat selama dua bulan kemudian.

Secara keseluruhan, Bulog membutuhkan stok sekitar 200 ribu ton beras untuk menjaga stabilitas harga dan membantu masyarakat pada bulan Desember ini. Sedangkan stok untuk bulan Januari hingga Maret 2024 diperkirakan mencapai lebih dari 600 ribu ton.

Arief juga mengungkapkan bahwa rencana melanjutkan bantuan pangan beras hingga Maret 2024 juga sudah dipersiapkan oleh kementerian dan lembaga terkait, serta Perum Bulog. Persiapan yang mendetail, terutama ketersediaan pasokan beras, harus menjadi fokus utama dalam upaya ini.

Selain itu, Kementerian Sosial juga telah merevisi jumlah penerima bantuan pangan menjadi 20,662 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulannya, menurun dari jumlah sebelumnya yaitu 21,3 juta KPM. Penajaman data ini bertujuan agar bantuan pangan beras dapat tepat sasaran. Apabila terdapat KPM yang tidak sesuai dengan data, pemerintah desa atau kelurahan dapat melakukan penggantian.

Hingga 24 Oktober, realisasi bantuan pangan beras tahap kedua telah mencapai 65,82 persen atau sekitar 407.250.560 kg. Adapun target penyaluran hingga November adalah 618.687.480 kg.

Statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi beras secara bulanan pada bulan September 2023 mencapai 5,61 persen, dengan andil 0,18 persen. Hal ini disebabkan oleh dinamika harga beras akibat berkurangnya pasokan dan produksi akibat kemarau berkepanjangan dan El Nino.

Sumber: ANTARA, Republika